Satu hal yang hampir selalu dapat kita amati dalam keseharian kita hidup di dunia. Bagaimana kita mengkonotasikan dunia dan bagaimana mengkonotasikan akhirat. Memang kita tidak akan pernah lepas dari diskusi tentang dunia dan akhirat, mau gmn lagi ... memang itulah yang mesti kita hadapi sekarang dan waktu yang akan datang. Dan tidak akan pernah selesai kita membedah keduanya, berbagai macam referensi semakin mematangkan kita memahami dunia bahkan akhirat.
Terlalu jauh jika kita mengangan-angankan akhirat padahal menterjemahkan dunia saja belum tuntas kita di dalamnya. Tetapi tak mengapa jika engkau belum sampai pada pemahamannya pada dunia, minimal semangatmu tak pernah surut untuk mempelajarinya. Belajar tentang apa ini dunia, untuk apa harus ada dunia, dan harus kita apakan dunia ini.
Sederhana saja dalam fikiran kita semua pasti bisa menjawab pertanyaan saya :
1. Bagaimana bayangan kita jika ada kata "Dunia" ... apakah dia sesuatu yang jauh dari kita ? apakah dia berada ditempat yang tinggi diatas kita atau tempat yang kita injak ini dunia itu ?
2. Bagaimana bayangan kita jika ada kata "Akhirat" ... apakah dia sesuatu yang dekat dengan kita ? sesuatu yang tampak dengan horizon pandangan kita atau jauh diatas kita sekarang berapa ?
Saya pikir jawaban kita akan sama tentang 2 pertanyaan itu.
Bahwa dunia ada disekitar kita, ada dibawah kita layaknya bumi yang kita injak. Belajar dari dunia yang dikonotasikan dengan bumi yang kita injak dibawah kita, sebaiknya seperti itu pula kita belajar tentang dunia. Jika engkau berfikir untuk dunia lihatlah kebawah, lihatlah orang - orang atau makhluk lain yang tak seberuntung dirimu saat didunia. Dan akhirat adalah hal yang jauh yang ada diatas kita, konotasi umum itu juga dapat kita ambil pelajarannya bahwa untuk akhirat hendaknya kau melihat ke atas yaitu orang - orang yang ilmunya lebih darimu agar engkau dapat mencapainya (akhirat). Jangan engkau balik cara pandangmu, jika untuk duniamu engkau selalu menengadah (mengejar kekayaan orang yang ada diatasmu) dan tak melihat kebawahmu niscaya engkau akan sulit untuk menjadi orang yang pandai bersyukur. Jangan engkau melihat kebawah (orang-orang yang berpengetahuan sedikit) untuk akhiratmu agar semangat belajarmu tak berhenti karena engkau merasa puas.
Tundukan pandanganmu untuk duniamu...dan junjung pandanganmu setinggimungkin untuk akhiratmu.
Tundukan keinginanmu untuk kesenangan dunia...dan kaitkan perjuanganmu untuk mencapai akhirat.
Taklukan dunia agar engkau tak terperdaya olehnya, agar cinta yang kau dapat murni saat engkau bertemu dengan-Nya.
Teruslah Berjalan ...
gambar = championofdelay.wordpress.com
Terlalu jauh jika kita mengangan-angankan akhirat padahal menterjemahkan dunia saja belum tuntas kita di dalamnya. Tetapi tak mengapa jika engkau belum sampai pada pemahamannya pada dunia, minimal semangatmu tak pernah surut untuk mempelajarinya. Belajar tentang apa ini dunia, untuk apa harus ada dunia, dan harus kita apakan dunia ini.
Sederhana saja dalam fikiran kita semua pasti bisa menjawab pertanyaan saya :
1. Bagaimana bayangan kita jika ada kata "Dunia" ... apakah dia sesuatu yang jauh dari kita ? apakah dia berada ditempat yang tinggi diatas kita atau tempat yang kita injak ini dunia itu ?
2. Bagaimana bayangan kita jika ada kata "Akhirat" ... apakah dia sesuatu yang dekat dengan kita ? sesuatu yang tampak dengan horizon pandangan kita atau jauh diatas kita sekarang berapa ?
Saya pikir jawaban kita akan sama tentang 2 pertanyaan itu.
Bahwa dunia ada disekitar kita, ada dibawah kita layaknya bumi yang kita injak. Belajar dari dunia yang dikonotasikan dengan bumi yang kita injak dibawah kita, sebaiknya seperti itu pula kita belajar tentang dunia. Jika engkau berfikir untuk dunia lihatlah kebawah, lihatlah orang - orang atau makhluk lain yang tak seberuntung dirimu saat didunia. Dan akhirat adalah hal yang jauh yang ada diatas kita, konotasi umum itu juga dapat kita ambil pelajarannya bahwa untuk akhirat hendaknya kau melihat ke atas yaitu orang - orang yang ilmunya lebih darimu agar engkau dapat mencapainya (akhirat). Jangan engkau balik cara pandangmu, jika untuk duniamu engkau selalu menengadah (mengejar kekayaan orang yang ada diatasmu) dan tak melihat kebawahmu niscaya engkau akan sulit untuk menjadi orang yang pandai bersyukur. Jangan engkau melihat kebawah (orang-orang yang berpengetahuan sedikit) untuk akhiratmu agar semangat belajarmu tak berhenti karena engkau merasa puas.
Tundukan pandanganmu untuk duniamu...dan junjung pandanganmu setinggimungkin untuk akhiratmu.
Tundukan keinginanmu untuk kesenangan dunia...dan kaitkan perjuanganmu untuk mencapai akhirat.
Taklukan dunia agar engkau tak terperdaya olehnya, agar cinta yang kau dapat murni saat engkau bertemu dengan-Nya.
Teruslah Berjalan ...
gambar = championofdelay.wordpress.com