...

Wednesday, August 24, 2011

Ibrahim Mencari Tuhan

Salah satu perjalanan intelektual dan spiritual Ibrahim as. adalah episode ketika dia mencari Tuhan. Pencariannya berakhir dengan sebuah temuan yang sampai pada tingkat keyakinan yang kokoh, bahkan menjadi hujjah di kemudian hari ketika dia berdebat dengan raja Namrudz dan pembesar-pembesar kaumnya, termasuk ayahnya. Kisah pencarian Tuhan yang dilakukan oleh Ibrahim as. tersebut direkam oleh Allah dalm surat al-An’am [6]: 75-79

وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ(75)فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ(76)فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ(77)فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَاقَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ(78) إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ(79)

Artinya: “Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin (75). Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam" (76). Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat" (77). Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (78). Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (79).”
Ada banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik dari kisah perjalanan intelektual dan spiritual Ibrahim tersebut. Di antaranya ; 
Pertama, Hendaklah manusia selalu dan terus mencari ilmu dan kebenaran. Nabi Ibrahim as. sekalipun calon nabi dan rasul Allah, yang sekiranya dia tidak berusaha mencari Tuhan pun, Allah pasti akan menurunkan ilmu dan pengetahuan kepadanya. Akan tetapi, Ibrahim as. tidak berdiam diri, menunggu datangnya ilmu dan seterusnya. Ibrahim as. berupaya terlebih dahulu mencari tahu, walaupun kemudian Allah menurunkan wahyu, ilmu dan informasi kepadanya. 
Begitulah, bahwa ilmu memang harus dicari dan diusahakan. Seperti yang dipesankan Allah swt. dalam surata an-Nahl [16]: 78

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
 
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Kedua, imu yang didapatkan sendiri dan dengan cara mandiri apalagi melalui ekperimen, percobaan akan lebih mantap, dan kokoh di dalam hati manusia. Ibrahim as. memperoleh ilmu dan pengatahuan sampai ke tingkat yakin (mûqinun), karena dia mencari sendiri dan dengan pengalaman yang dialami sendiri. 
Kasus yang sama juga pernah ditunjukan oleh Ibrahim as. ketika meminta kepada Allah agar memperlihatkan cara menghidupkan yang telah mati. Ibrahim meminta hal itu bukannya tidak percaya akan kekuasaan Allah, namun supaya lebih mantap ilmu dan keyakinannya itu. Atas saran Allah, Ibrahim kemudian melakukan percobaan dengan menyembelih empat ekor burung, kemudian mencincang dagingnya di sebuah wadah lalu mengaduknya. Daging tersebut diletakkan di setiap penjuru empat bukit. Lalu Ibrahim memanggilnya, maka semua burung kembali mencari dagingya yang sudah hancur dan terpisah, kemudian hidup dan terbang lagi. 
Begitulah percobaan Ibrahim akhirnya mendatangkan keyakinan terhadap dirinya. Kisah tersebut diceritakan dalam surat al-Baqarah [2]: 260

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
 
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Tiga, hendaklh dalam belajar, mencari ilmu, berfikir dan seterusnya, bahwa manusia memulainya dari hal-hal yang kecil dan sederhana. Sebab, hal itu sangat sesuai dengan fitrah manusia dan sunnatullah. Di mana setiap mansuai diciptakan untuk melalui tahapan demi tahapan kehidupan, dari yang sederhana menuju kesempurnaan.
Lihatlah! Ibrahim dalam mencari Tuhan, yang pertama diperhatikannya adalah bintang yang tentu lebih kecil, baik bentuknya yang terlihat maupun cahayanya yang memancar. Setelah bintang selesai diperhatikannya, dan dia telah mendapatkan kesimpulan barulah Ibrahim memperhatikan bulan yang ukurannya dan cahayanya terlihat lebih besar dari bintang. Setelah menganalisa bulan dan mendapatkan sebuah kesimpulan, barulah Ibrahim memperhatikan matahari yang ukuran dan cahayanya jauh lebih besar dan terang dari yang sebelumnya. 
Begitulah, hendaknya manusia dalam menempuh proses belajar serta pematangan intelektual dan spritualnya. Mulailah dari hal-hal yang kecil dan sederhana untuk kemudian beranjak menuju yang lebih komplek dan sempurna. Bukankah manusia ketika belajar berhitung dimulai dari pengenalan angka, kemudian penambahaan, pengurangan, lalu perkalian begitulah seterusnya. Bagaimanakah jadinya manusia jika ketika mulai belajar berhitung yang dihadapkan kepadanya adalah perkalaian, sementara dia belum mengenal bentuk angka itu sendiri. 
Empat, hendaklah manusia selalu menuju ke arah yang lebih terang, cerdas, dewasa. Karena Ibrahim as. beranjak dari memperhatikan bintang yang lebih kecil, redup kemudian bulan yang lebih besar dan terang, kemudian matahari yang sangat terang dan besar. Hendaklah manusia selalu mengarah dari gelap menuju yang lebih terang. Dari yang kecil menuju yang lebih besar, dari kebodohan menuju kecerdasan. Bukankah Allah selalu mengungkapkan ayat-Nya, dengan menyebut gelap sebelum terang? lihat salah satunya surat al-Ma’idah[5]: 16

….وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ….

Lima, dengan akal dan terus berfikir, manusia akan mampu menguasai langit dan bumi. Itulah yang dikatakan Allah bahwa Ibrahim diperlihatakan kerajaan langit dan bumi (malakût as-samawati wa al-Ardhi). Berfikir dan bereksperimen, akan mengantarkan manusia menyingkap tabir kekuasaan langit dan bumi. Hal yang sebelumnya mustahil dan tidak bisa diterima oleh akal manusia, dengan berfikir dan bereksperimen manusia kemudian akan membenarkan yang sebelumnya dianggap tidak masuk akal. Generasi masa lalu tentu akan mengatakan seseorang gila, jika berkata bahwa dia baru saja berbicara langsung dengan seseorang yang berada dalam jarak antar negara atau antar benua. Namun, dengan hasil fikiran dan percobaan manusia, hal itu sekarang menjadi masuk akal bahkan sangat akrab dengan manusia. Generasi yang lalu, tentu akan mengtakan seseorang gila jika dikatakan kepadanya bahwa dia baru saja terbang mengarungi jarak yang jauh dalam waktu yang sangat singkat. Akan tetapi, dengan hasil fikiran dan percobaan manusia, saat ini hal itu adalah sesuatu yang dengan gampang diterima akal manusia. Begtiulah, bahwa berfikir dan bereksperimen akan mengantarkan manusia menguasai langit dan bumi.






http://syofyanhadi.blogspot.com

Friday, August 19, 2011

Semua Ini harus Dihadapi

Mencari - Mu dengan segenap keyakinan
Menelusuri hamparan samudra hidup yang tak tentu hembusan arah angin akan menerpa
Dengan segala kebutaan pada karang yang ada di depan kita
Kebutaan pada badai yang mungkin akan kita coba untuk ditaklukan
Terlanjur sudah langkah tertuju pada perjalanan ini
Tak dapat berbalik karena waktu telah terlewati
Tak dapat terulang karena dunia memang harus berputar
Berbekal dayung dan sampan tua aku menyusuri isi samudra
Kusadari ini bukan awal yang kuat untuk memulai pertarungan dengan ganasnya badai
Tetapi satu keyakinan yang tetap tertanam
Bahwa perjalanan ini menuntun kita pada sebuah arti
Tuntunan nurani yang tak pernah dapat berdusta jika kita tak menutupi bisikannya
Semua ini harus dilewati ... semua ini adalah hamparan biru yang Tuhan ciptakan untuk memperbaiki keadaan
Jika apa yang kita dapati sekarang adalah kelemahan.
Berarti Tuhan memberi waktu untuk kita mengerti apa yang harus dikuatkan
Jika apa yang ada pada diri sekarang adalah kekurangan
Berarti Tuhan menunjukan apa yang seharusnya ditingkatkan.
Tuhan mengerti dengan apa yang tidak kita mengerti
Tuhan ada melebihi ketiadaan yang kita dapat indra
Setiap celah yang ada tidak untuk disesali ... sejengkal keputus asaan hanya akan memupus jalan panjang yang dapat kita lewati bersama.
Perjalanan kita menuntun pada sebuah makna bahwa Tuhan selalu bersama dengan orang yang meyakini adanya Tuhan.


Tetaplah berjalan dengan belajar dari apa yang telah kita lewati.
Langkah yang terlewati lalu memberi banyak pelajaran untuk dijadikan bekal.
Pelajaran ini lah yang akan menguatkan sampan kita.
Membuat sampan menjadi lebih siap untuk melawan ombak yang lebih besar.
Melewati jutaan karang yang terhampar sejauh mata memandang terjang.
Aku masih bersama-Mu dengan segala keterbatasanku.
Aku tetap mengharap - Mu dipersimpangan jika tak kudapati jalan mana yang harus kutempuh.

Thursday, August 11, 2011

Manfaat Puasa Untuk Kesehatan

Kesehatan merupakan nikmat yang tidak dapat dinilai dengan harta benda. Untuk menjaga kesehatan, tubuh perlu perlu diberikan kesempatan untuk istirahat. Puasa, yang mensyaratkan pelakunya untuk tidak makan, minum, dan melakukan perbuatan-perbuatan lain yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani pelakunya.

Puasa dapat mencegah penyakit yang timbul karena pola makan yang berlebihan. Makanan yang berlebihan gizi belum tentu baik untuk kesehatan, karena overnutrisi dapat mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif, seperti kolesterol dan trigliserida tinggi, jantung koroner, kencing manis, dan lain-lain.

Pengaruh mekanisme puasa terhadap kesehatan jasmani meliputi berbagai aspek, diantaranya yaitu :

* Memberikan kesempatan istirahat kepada alat pencernaan
* Pada hari-hari ketika tidak sedang berpuasa, alat pencernaan di dalam tubuh bekerja keras, oleh karena itu sudah sepantasnya alat pencernaan diberi istirahat.
* membersihkan tubuh dari racun & kotoran (detoksifikasi). Puasa merupakan terapi detoksifikasi yang paling tua. Dengan puasa, berarti membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita sehingga menghasilkan enzim antioksidan yang dapat membersihkan zat-zat yang bersifat racun dari dalam tubuh.
* menambah jumlah sel darah putih sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh
* menyeimbangkan kadar asam dan basa dalam tubuh
* memblokir makanan untuk bakteri, virus, dan sel kanker,
* mendorong terjadinya pergantian sel-sel tubuh yang rusak dengan yamng baru (peremajaan)
* meningkatkan daya serap makanan,
* memperbaiki fungsi hormon & meningkatkan fungsi organ tubuh.

Ibadah puasa mengandung banyak hikmah, salah satu hikmah puasa yaitu dapat membantu usaha terhadap pencegahan dan penyembuhan penyakit, antara lain yaitu :

* menurunkan kolesterol dan trigliserida tinggi,
* menurunkan berat badan dan mencegah obesitas (kegemukan),
* mengurangi risiko kencing manis (diabetes mellitus) tipe II
* menurunkan tekanan darah tinggi,
* mencegah pengerasan pembuluh darah,
* mencegah gangguan jantung dan stroke
* pada umumnya maag yang fungsional akan membaik karena puasa
* meningkatkan kuantitas dan kualitas sperma

Makanan Sehat untuk Berpuasa
Disunahkan agar berbuka puasa diawali dengan makan buah kurma, atau dengan buah-buahan dan minuman yang manis seperti madu. Ajaran ini mengandung makna kesehatan karena buah-buahan dan minuman yang manis merupakan bahan bakar siap pakai yang dapat segera diserap oleh tubuh untuk memulihkan tenaga setelah seharian tubuh tidak disuplai oleh makanan dan minuman.

Glukosa yang terkandung di dalam buah-buahan dan minuman yang manis merupakan sumber energi utama yang dapat menggerakkan susunan saraf pusat. Glukosa efektif dibutuhkan ketika tubuh memerlukan masukan energi yang diperlukannya. Namun pada penderita kencing manis (diabetes mellitus) harus berhati-hati, jangan mengkonsumsi makanan dan minuman manis yang berlebihan. Penderita kencing manis harus menghindarkan kadar glukosa darah terlalu tinggi (hiperglikemia) atau terlalu rendah.

Seperti halnya sarapan, sahur amat perlu untuk mengimbangi zat gizi yang tak diperoleh tubuh selama sehari berpuasa. Anjuran sahur bukan semata-mata untuk mendapatkan tenaga yang prima selama menunaikan ibadah puasa, melainkan juga mengandung makna bahwa puasa perlu persiapan agar selama berpuasa produktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Sebaiknya makanan untuk sahur dipilih yang mengandung serat dan berkuah seperti sayur dan buah-buahan karena dapat mengurangi rasa lapar dan haus.

Pada waktu buka puasa dan sahur suplai gizi perlu diusahakan memenuhi unsur-unsur yang dibutuhkan tubuh, meliputi enam jenis zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Makan yang seimbang baik dalam porsi maupun gizi akan mempengaruhi susunan saraf pusat dan kondisi biokimia tubuh.

Pada beberapa orang, pada saat puasa mempunyai keluhan seperti merasa lemas dan lesu atau stamina menurun, juga gangguan pencernaan. Beberapa bahan pangan tertentu dapat digunakan untuk mengantisipasi keluhan pada saat berpuasa. Berikut beberapa bahan atau makanan dan minuman sehat untuk berpuasa agar tetap fit, sehat dan segar.

1.Madu
Khasiat : meningkatkan stamina dan mempertahankan stabilitas tubuh agar tetap segar, mencegah gangguan pencernaan, melancarkan metabolisme.

2.Kurma
Khasiat : meningkatkan stamina dan energi, mencegah dan mengatasi anemia, lelah, melancarkan pembuangan.

3.Akar Alang-Alang (Imperata cyllindrica)
Khasiat: menghilangkan haus, melancarkan kemih, mengatasi radang dan batu ginjal, hipertensi, dan lain-lain

4.Rambut dan Tongkol Jagung (Zea mays)
Khasiat : melancarkan kemih, mencegah dan mengatasi batu ginjal, hipertensi, kolesterol tinggi, kencing manis, dll.

5.Kismis
Khasiat : meningkatkan stamina, mencegah lemas dan kurang darah

6.Semangka dan Kulitnya (Citrullus vulgaris)
Khasiat : menghilangkan haus, melancarkan kemih, radang ginjal, prostat.

7.Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas Poir.)
Khasiat: perut kembung, peluruh kentut, masuk angin, gangguan lambung.

8.Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza)
Khasiat : meningkatkan stamina, perut kembung, peluruh kentut, mengatasi masuk angin, gangguan lambung dan pencernaan.

9.Kencur (Kaempferia galanga)
Khasiat : meningkatkan stamina, mengatasi masuk angin, gangguan lambung dan pencernaan seperti kembung, mual, muntah, dan lain-lain.

10.Kunyit (Curcuma longa)
Khasiat : meningkatkan vital energi, mengatasi radang lambung dan gangguan pencernaan (kembung & begah, mual).

11.Jahe (Zingiber officinale)
Khasiat : meningkatkan stamina, mengatasi kembung, masuk angin, pusing, mual dan mencegah muntah

12.Kapulaga (Amomum cardamomum)
Khasiat : mengatasi perut kembung dan sebah, mual, muntah

13.Cengkeh (Eugenia aromatica)
Khasiat : mengatasi muntah karena lambung dingin, mual, kembung

14.Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)
Khasiat : mengatasi radang lambung, mual, muntah, kembung.

Sumber: hembing

Jalan Meraih Keyakinan






Ada dua jalan bagi keyakinan: 
Pertama, iman dan tashdiq (pembenaran), karena mengikuti nabi-nabi dan ulama-ulama. Hal ini adalah seumpama seorang pasien yang berhadapan dengan dokter yang dipercaya. Si pasien tentulah harus percaya dan membenarkan apa-apa yang dikatakan sang dokter demi kesembuhannya, dan bukan berpegang pada perkataan dirinya atau orang-orang yang bukan ahlinya dalam persoalan penyembuhan.

Kedua, wahyu atau ilham. Bahwa pengetahuan para nabi tidak mengikut saja (taqlid)kepada apa-apa yang diperkatakan oleh Jibril as, sebagaimana kita taqlid pada kata-kata Nabi Saw. Sungguh amat jauh yang demikian itu, karena taqlid tidaklah sama dengan ma’rifah. Dan arti ma’rifah itu: terbuka bagi mereka hakikat segala sesuatu sebagaimana adanya, lalu mereka menyaksikan dengan bashirah batiniyah(pengelihatan batin) sebagaimana anda menyaksikan segala yang inderawi dengan mata lahiriah.
Dari musyahadah (penyaksian) inilah para nabi menceritakan kepada kita apa-apa yang kita sekarang ketahui sebagai perihal agama, dan bukan dari pendengaran dantaqlid sebagaimana kita hanya mendengar dan taqlid saja atas berita adanya malaikat, surga maupun neraka. Dan yang demikian adalah dengan terbukanya hakikat ruh, dan itu adalah amr (urusan) Allah Ta’ala.
Maka sungguh amat jauh bila kita beranggapan bahwa pengetahuan agama cukup dengan taqlid semacam ini (memperoleh pengetahuan secara empiris), lantas merasa pengetahuannya setara atau bisa menjangkau pengetahuan para nabi dan mengaku sebagai pewarisnya, tanpa pernah terbuka bagi kita hakikat segala sesuatu sebagaimana adanya.
Amr yang dimaksud di sini bukanlah berarti “perintah” sebagai lawan kata dari “larangan”. Dan tidak dimaksud dengan amr itu keadaan (asy-sya’n) dan menganggap amr itu makhluk (ingat ayat yang berbunyi “ruh min amr” –Red).
Sesungguhnya alam itu dua: ‘alamu’l amri (alam amr) dan ‘alamu’l khalqi (alam makhluk), “wa lillahi’l khalqu wa’l amru” (bagi Allah khalq dan amr). Segala jism(bentuk) yang mempunyai bilangan dan takaran (ukuran) adalah termasuk alam makhluk. Kerena makhluk itu ibarat dari taqdir pada letakan lisan. Sementara setiap maujud yang terlepas dari bilangan dan ukuran, maka itu termasuk ‘alamu’l amr. Dan uraian yang demikian itu adalah rahasia ruh (sirrur-ruh), dan tidak diperbolehkan menyebutkannya. Karena bagi kebanyakan orang memperoleh melarat dengan mendengarnya, seperti rahasia qadar yang dilarang menyiarkannya.
Maka barangsiapa yang mengenal rahasia ruh, maka ia (sesungguhnya) sudah mengenal dirinya sendiri. Dan apabila ia telah mengenal dirinya, maka ia telah mengenal Tuhannya. Dan apabila ia telah mengenal dirinya dan Tuhannya, niscaya ia telah mengenal amrun rabbaniyyun dengan tabiat dan fitrahnya. Dan itu pada alam jasmani adalah asing (gharib).
Dan terjun kepada hal tersebut tidaklah dengan mengikuti tabiat yang ada pada diri manusia. akan tetapi dengan keadaan yang mendatang, yang “asing” bagi dirinya. Dan yang mendatang itu, telah datang kepada Adam a.s. dan diibaratkan daripadanya dengan “maksiat”. Yaitu: yang menurunkan dari sorga, yang sesungguhnya lebih layak bagi dirinya (manusia), berdasarkan kehendak dirinya.
Dan sorga itu sesungguhnya berdekatan dengan Tuhan yang Mahatinggi–dan itu adalah urusan uluhiyyah. Dan keinginan berdekatan dengan Tuhan yang Mahatinggi itu baginya adalah tabiat ke-diri-an (nafsiyyah). Hanya saja itu dialihkan dari kehendak tabiatnya oleh hal-hal yang mendatang bagi alam gharib bagi dirinya (gharib berarti asing dan baru, sebagaimana dunia ini gharib bagi nafs –Red). Lalu ia lupa ketika itu akan dirinya dan Tuhannya.
Dan manakala ia berbuat demikian, maka ia telah menganiaya dirinya. karena dikatakan kepadanya:
“Janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah melupakan mereka kepada dirinya sendiri. itulah orang-orang yang fasik” (QS Al-Hasyr : 19).
Artinya: mereka yang keluar dari yang dikehendaki tabiat. Dikatakan: telah fasik buah apel dari tangkainya apabila ia telah keluar dari tempat tergantungnya yang fitrah (pengertian fasik secara bahasa). Ini adalah isyarat kepada rahasia-rahasia, yang kaum ‘arifin tergerak untuk menghirup bau keharumannya. Adapun bagi sebagian yang lain, bau keharuman ini menyebabkan kemelaratan, sebagaimana bau bunga mawar memberi kemelaratan bagi ju’al (kumbang tanduk), atau seperti matahari bagi mata kelelawar.[]
(Dari Kajian Forum Ihya PICTS)

Wednesday, August 10, 2011

Kepada Siapa Ber-Tuhan

Memuja-Mu adalah keputusan ... memilih-Mu menjadi sandaran adalah pilihan
Ketika raga ini tak mampu merangkak kembali
Ketika rasa ini tak lagi ada hasrat untuk berbuat
Semua akhirnya kembali kepada-Mu
Jika aku mampu ... Ingin selalu kupapahkan kehidupanku pada satu kepastia
Tetapi aku tetaplah manusia biasa yang tak mampu tanpa adanya diri-Mu
Semua yang aku terima, dan apa yang dapat aku rasakan hingga saat ini adalah atas kehendak-Mu
Dan saat semua ini Kau ambil kembali, tulus dalam do'aku  .. ku harap imajinasiku ini tetap dalam tuntunan
Bertuhan adalah sebuah keniscayaan bagi setiap manusia
Jika ada yang mengatakan tidak bertuhan ... mungkin saya ragu atas itu
Sebatas sepengetahuan ini ,Tuhan adalah Sesuatu yang jadi sandaran hidup atas pilihan kehidupan
Percaya atau tidak percaya toh kita telah melewatinya, kepada apa kita bertuhan.

pict source : alqasam.blogsome.com
Dengan keberagaman Tuhan yang kita jadikan sandaran ... maka menjadi akibat pada bagaimana kita berfikir dan bagaimana kita bersikap atas tuntutan keadaan
Kompleksitas keadaan ini terkadang menjadikan kita menjadi lengah dengan apa yang kita Tuhankan
Semoga semangat pencarian tetap kuat tertanam pada kita semua
Mencari apa yang sebenarnya kita tuju ... dan menuju apa yang sebenarnya kita harapkan
Jika kita bertanya pada siapapun yang kita temui ...
Pilihan antara kebahagiaan atau kepedihan ... mana yang anda harapkan ?
antara selamat atau celaka mana yang anda harapkan ?
antara tawa atau duka mana yang anda harapkan ?
Kebanyakan orang pasti akan memilih hal yang sama  ... antara bahagia, selamat dan tawa ...
Tetapi apakah yang menjadi konsekuensi logis jika kita mengharapkan itu semua
Semoga sandaran ini telah lurus .... semoga sandaran ini benar pada tempatnya
Bagaimana dengan Tuhan anda

Monday, August 1, 2011

Menatap keadaan

Menapaki langkah yang kita pun tidak pernah tau apa yang sedang menanti untuk kita taklukan tantangan yang harus diselesaikan. 
Terus dan terus berusaha tetap mencari arti dari segala situasi yang telah terjadi dan yang akan terjadi. 
Mencoba mengerti bahasa kehidupan yang memberi banyak makna jika kita mampu membaca dengan seksama. Bahasa yang terkadang tidak dapat dimengeri oleh orang bisu dan buta atau bukan keduaduanya.
Misteri perjalanan ini memang menyisakan segala macam perjuangan yang harus diselesaikan tanpa mengenal kata "Give Up".


Memulai dengan merangkak, berlanjut dengan berjalan tertatih, berjalan tegap hingga kita benar-benar dapat berlari lebih kencang lagi dan menjadi lebih keras lagi hingga disuatu saat kita dapat keluar dan berteriak berkata "aku bisa" ( yang sebenar-benarnya tanpa ada intervensi dari apapun / sebuah independensi yang integrited ).
Hanya ada 3 pilihan dalam menatap keadaan ini untuk tetap bertahan...:
1. Diam dengan menerima keadaan yang ada.
2. Bergerak & berjuang untuk mengeubah keadaan dengan segala daya yang ada.
3. Melangkah lebih jauh untuk keadaan baru yang perlu ditaklukan.
Semuanya akhirnya berpulang pada diri masing-masing.
Bagaimana kita menatap keadaan, mangambil langkah yang paling tepat untuk menentukan arah.
Satu hal yang fundamental semoga tidak dilupakan adalah bagaimana kita mampu memproporsionalkan konsentrasi kita dalam melangkah dengan tetap mengingat ( Dzikir ) untuk apa kita melakukan semua ini, untuk siapa kita melakukan semua ini...karena itulah sebenarnya warna yang akan kita berikan pada dunia ini. Satu pondasi yang harusnya memberi segala kebaikan bagi semua yang ada disekitar kita.