...

Friday, September 30, 2011

Rindukan Tuhan Walau Sejenak Saja


Rindu ada jika cinta telah menjadi rasa, dimana logika tak dapat mengikatnya dan argumen tak lagi dapat membantahnya.
Cinta dan Kasih sayang yang tulus akan sebuah keberadaan dengan ketiadaanya.
Jika cinta tak lagi ada maka tak lagi ada perhatian pada-Nya.
Jika rindu tak lagi terasa maka indahnya kasih sayang tak akan dapat membimbing pada Kehendak-Nya.

Rindukan Tuhan walau sejenak saja.
Karena rindulah yang membawa kita tetap mengharap pada-Nya.
Karena rindulah yang akan selalu membuat kita menginginkan pertemuan dengan-Nya
Rasa yang tak dapat ditunjukan dalam dunia nyata.
Sesuatu yang ada tetapi indra tak dapat menjelaskan tentang indahnya

Rindukan Tuhan walau sejenak saja.
Jika kita dapat merasakan kebesarannya maka cinta dan kasih sayang-Nya dapat kita rasakan begitu besarnya pada semua.
Jika kita dapat merasakan kemuliaanya maka kebaikan-Nya kepada kita akan terasa mulia tanpa pamrih didalamnya.
Jika indahnya ciptaan-Nya dapat membawa kita mengindahkannya maka indahnya nurani dapat terasa bagi yang memikirkannya.

Rindukan Tuhan walau sejenak saja.
Saat rindu itu telah tiada hanya kehampaan yang terasa di dalam jiwa.
Keberangkatan mentari menuju senjanya hanya akan menjadi pencari malam tanpa makna
Semua berlalu tanpa makna yang dapat membawa kita mengerti pada dunia.
Membuat kita terlena bahwa nyata ini adalah keterbatasan ruang dan waktu saat dunia masih ada.

Rindukan Tuhan walau sejenak saja.
Doa ku dalam setiap tunduku dalam sujud.
Aku berharap Engkaulah yang selalu ada dalam setiap alasanku memilih keputusan.
Aku berharap Kepadamu lah semua ku gantungkan tanpa ada yang lain yang menjadi wujud.
Karena Rinduku aku rela menderita untuk mendapatkan kemuliaan.

Tuesday, September 27, 2011

Dimana Harus Mencari Allah

Kalo kita melihat kembali Kitab Suci, terdapat banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang Tuhan, tetapi setelah diteliti lebih jauh semua penjelasan tersebut hanya sebatas pada sifat-sifatNya. Tuhan tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata karena kata-kata hanya bisa menjelaskan suatu wujud yang berada pada ruang dan waktu sedangkan Tuhan melampaui ruang dan waktu. Ini sama seperti menjelaskan bagaimana rasanya jatuh cinta atau fall in love, tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan “rasa” ketika kita sedang berada dalam keadaan tersebut. Tetapi “rasa” tersebut bisa kita rasakan. Sama halnya dengan Tuhan, tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkanNya tetapi Ia bisa kita rasakan didalam hati kita. Hati kita adalah jembatan menujuNya.





Melalui hati, kita mendekat kepadaNya. Melalui hati kita menuju Cahaya Agung Sang Ilahi sebagaimana yang Ia sebutkan dengan penuh Cinta dan Kasih Sayang didalam Hadis Qudsi “Aku adalah Khazanah yang terpendam. Aku rindu ingin diketahui, untuk itu Aku menciptakan mahluk”. Mari kita menggapai KhazanahNya melalui hati yang suci. Hati yang di ridhoi olehNya. InsyaAllah.

Dan tentu saja kita yang masih awam tidak bisa mengenali Nya, maka cari dan kenalilah Dia dari orang2 (para mursyid)yang sudah mengenal dan mencintai Nya, merekalah para awliyah (Wali Allah). Berdoalah pada Nya untuk mempertemukan anda dengan salah satu dari mereka. Dan sebagai permulaan jalan dari banyaknya jalan, baca pula buku yang berjudul "Gubahan Pecinta-A Travel Guide" karya Syekh Fattaah, penerbit Pt. Serambi Ilmu Semesta.

Semoga Allah mempertemukan kita yang masih tersesat ini pada mursyid yang wali, yang akan mengantar kita untuk mengenal Tuhan mu dan Tuhan ku serta Tuhan seluruh alam semesta dengan sebaik-baik pengenalan...amin ya Robbal alamin.

Sumber: http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1942860-dimana-aku-harus-mencari-tuhan/#ixzz1Z7dui4V5

Thursday, September 22, 2011

Apakah Hati Nurani Itu





Dalam kehidupan sehari-hari, saat kita ada pikiran untuk melakukan hal-hal yang menyimpang dari kebaikan, kita akan merasakan satu sisi hati kita akan membisikkan larangan agar tidak melakukan niat pikiran buruk kita tadi, namun sekejap kemudian ada bisikan hati yang lain untuk membujuk agar kita tetap melakukan niat hati yang semula. Saat niat semula belum terlaksana, seolah-olah ada perseteruan dalam hati, antara yang membujuk agar terlaksana dan yang melarang agar tujuan tidak terlaksana.


Dalam filosofi orang jawa, manusia saat terlahir mempunyai empat jiwa sebagai kembarannya, yang lahir bersama-sama dengannya. Dalam buku Zhuan Falun, dikatakan manusia mampunyai Zhu Yuanshen (Jiwa Utama) dan Fu Yuanshen (Jiwa sekunder) yang menguasai satu tubuh. Jumlah Fu yuanshen berbeda-beda ada yang mempunyai satu, dua, tiga, empat, bahkan lima. Tubuh manusia jika tidak ada Yuanshen, tidak ada tabiat, watak dan karakter, bila tanpa semua ini hanya merupakan segumpal daging, dia tidak akan menjadi seorang manusia yang lengkap dengan kepribadian mandiri.
Fu Yuanshen atau jiwa sekunder, yang berada di dimensi lain dapat melihat hakikat suatu urusan, tahu mana yang salah dan yang benar, tidak dibuat sesat oleh masyarakat manusia. Sedangkan Zhu Yuanshen (Jiwa Utama) mudah tergoda oleh nafsu duniawi. Untuk manusia yang mempunyai bawaan dasar baik mudah dikendalikan oleh kehidupan tingkat tinggi, Fu Yuanshennya juga berasal dari tingkat tinggi. Semakin tinggi tingkat Fu Yuanshennya berasal, hal-hal yang diketahui semakin sesuai dengan kebenaran dari prinsip-prinsip Tuhan. Sedangkan untuk manusia yang bawaan dasarnya rendah mudah dipengaruhi oleh informasi dari kehidupan tingkat rendah yang menyesatkan
Hati nurani adalah informasi yang disampaikan oleh Fu Yuanshen manusia, karena Fu Yuanshen manusia berasal dari tingkatan yang lebih tinggi daripada Zhu Yuanshennya, dengan demikian Fu Yuanshenlah yang selalu menjaga manusia agar terhindar dari perbuatan yang menyimpang dari hukum Tuhan. Namun begitu Zhu Yuanshen juga adalah kesadaran utama manusia, dialah yang memegang kendali untuk memutuskan segala sesuatu yang hendak dilakukan. Meskipun hati nurani kita mengingatkan untuk selalu berjalan di jalan lurus, namun jika kesadaran utama kita memutuskan untuk tetap melakukan perbuatan buruk,maka tetap saja kita akan melakukan keputusan salah yang telah kita putuskan tersebut.
Zhu yuanshen manusia yang mudah terpengaruh oleh keduniawian akan mudah dituntun oleh informasi-informasi yang membujuk kita untuk selalu berjalan di jalan yang menyimpang, karena informasi yang dibawa/diperoleh bisa jadi informasi dari unsur-unsur negatif yang berusaha menyesatkan Zhu yuanshen/kesadaran utama kita. Meskpiun hati nurani (Fu Yuanshen) selalu mengingatkannya, namun apa daya tangan tak sampai karena jika kesadaran utama kita tetap mengambil keputusan yang menyimpang tersebut, maka tetap saja kita melakukan suatu keburukan, sesuai dengan informasi yang menyesatkan yang diperoleh oleh Zhu Yuanshen kita.
Untuk menghindarkan diri dari perbuatan dosa karena perbuatan buruk maka kita harus mendengarkan bisikan hati nurani. Saat terjadi perseteruan isi hati antara hati nurani kita dengan bisikan hati yang mengajak keburukan, maka segera kuatkanlah kesadaran utama kita untuk mengikuti bisikan hati nurani yang jelas-jelas akan membawa kita melakukan hal-hal yang benar. Sebagai contoh, saat kita berpikir untuk berbohong demi menutupi perbuatan buruk kita, maka hati nurani anda akan membisikkan larangan untuk tidak berbohong, atau saat kita mau memamerkan diri, hati kita membisikkan untuk tidak memamerkan diri, saat ingin menyebarkan hasutan, gosip dll yang buruk, akan ada suara hati yang melarang kita melakukan hal-hal tersebut.
Saat manusia sudah tidak mau mendengarkan hati nuraninya, niscaya akan selalu melakukan hal yang tidak benar, hanya saja kita tetap bersyukur karena hati nurani kita tidak bosan-bosannya menyertai dan membimbing kita sepanjang hidup kita. Setelah raga ini terpisah dari jiwa kita maka barulah Fu Yuanshen berpisah dengan Zhu Yuanshen untuk menjalani kehidupan masing-masing. Mungkin Fu Yuanshen masuk surga, sedang Zhu yuanshen harus menjalani reinkarnasi dalam enam jalur reinkarnasi, atau malah mengalami pemusnahan total di neraka yang tak berujung pangkal tingkatannya. 




Ditulis oleh Oleh : Nurani Utami
sumber : (Erabaru.net)

Tuesday, September 20, 2011

Intra Dialog

Aku bertanya pada diriku sendiri tentang apa yang sedang terjadi dan kuhadapi
Aku masih bersabar untuk tetap mengerti yang telah kujalani
Berdiskusi dengan nurani kala malam telah tinggi melahap keheningan.
Tak ada lagi gemuruh hiruk pikuk dunia...hilang sudah kejumawaan orang-orang yang menuhankan dunia
Aku masih berbicara dengan diriku sendiri ... akan apa yang telah aku lampaui
Mencoba dengan sadar menerjemahkan pesan yang Kau titipkan pada dunia.
Matahari berbicara dengan bahasanya, air berbicara dengan bahasanya
Angin yang tetap berbicara dengan bahasanya dan hujan yang berbicara dengan bahasanya.
Matahari yang tanpa berhenti memberikan hangatnya pada manusia.
Air yang dengan alirannya memberi sejuk pada dahaga.
Angin yang tanpa sadar memberi berjuta harapan kehidupan pada makhluk-Nya
Dan Hujan memberi kesegaran saat kering kerontang lama menemani perjalanan kita
Semua berbicara dengan bahasa sendiri...mengingatkan kita pada arti kehidupan ini.
Jika Hidup tak lagi hidup ... maka mati tak lagi nyata.
Tetap dalam tunduk ini mencoba membuka rahasia Tuhan
Dalam kegelapan menunggu senja aku masih tetap terjaga.
Harapkan cinta yang datang diujung penantian ini. Kepasrahan menemani setiap pilihan dalam persimpangan yang tak tentu dimana ujung perjalanan.
Tetapi dimana ujung perjalanan ini, masih dalam keyakinanku bahwa Harapan lah yang dapat menjadi pemicu kemana semangat ini harus diarahkan.
Harapan pada sebuah keabadiaan yang Engkau janjikan.
Aku tak ingin buta karena janji-Mu, aku tak berharap menjadi manusia yang berharap pada-Mu tanpa akal yang akan menguatkan keyakinanku.
Karena dunia ini banyak dengan fatamorgana, kemilau yang bisa menuntun pada kegelapan nyata.
Dengan tetap berharap pada petunjuk-Mu aku lanjutkan perjalanan ini.



Created by : A_W

Friday, September 16, 2011

Lalai Mempelajari Agama Allah


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Tuntunan zaman dan semakin canggihnya teknologi menuntut generasi muda untuk bisa melek akan hal itu. Sehingga orang tua pun berlomba-lomba bagaimana bisa menjadikan anaknya pintar komputer dan lancar bercuap-cuap ngomong English. Namun sayangnya karena porsi yang berlebih terhadap ilmu dunia sampai-sampai karena mesti anak belajar di tempat les sore hari, kegiatan belajar Al Qur’an pun dilalaikan. Lihatlah tidak sedikit dari generasi muda saat ini yang tidak bisa baca Qur’an, bahkan ada yang sampai buku Iqro’ pun tidak tahu.

MERENUNGKAN AYAT
Ayat ini yang patut jadi renungan yaitu firman Allah Ta’ala,

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar Ruum: 7)

Ath Thobari rahimahullah menyebutkan sebuah riwayat dari Ibnu ‘Abbas yang menerangkan mengenai maksud ayat di atas. Yang dimaksud dalam ayat itu adalah orang-orang kafir. Mereka benar-benar mengetahui berbagai seluk beluk dunia. Namun terhadap urusan agama, mereka benar-benar jahil (bodoh). (Tafsir Ath Thobari, 18/462)

Fakhruddin Ar Rozi rahimahullah menjelaskan maksud ayat di atas, “Ilmu mereka hanyalah terbatas pada dunia saja. Namun mereka tidak mengetahui dunia dengan sebenarnya. Mereka hanya mengetahui dunia secara lahiriyah saja yaitu mengetahui kesenangan dan permainannya yang ada. Mereka tidak mengetahui dunia secara batin, yaitu mereka tidak tahu bahaya dunia dan tidak tahu kalau dunia itu terlaknat. Mereka memang hanya mengetahui dunia secara lahir, namun tidak mengetahui kalau dunia itu akan fana.” (Mafatihul Ghoib, 12/206)

Penulis Al Jalalain rahimahumallah menafsirkan, “Mereka mengetahui yang zhohir (yang nampak saja dari kehidupan dunia), yaitu mereka mengetahui bagaimana mencari penghidupan mereka melalui perdagangan, pertanian, pembangunan, bercocok tanam, dan selain itu. Sedangkan mereka terhadap akhirat benar-benar lalai.” (Tafsir Al Jalalain, hal. 416)

Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi hafizhohullah menjelaskan ayat di atas, “Mereka mengetahui kehidupan dunia secara lahiriah saja seperti mengetahui bagaimana cara mengais rizki dari pertanian, perindustrian dan perdagangan. Di saat itu, mereka benar-benar lalai dari akhirat. Mereka sungguh lalai terhadap hal yang wajib mereka tunaikan dan harus mereka hindari, di mana penunaian ini akan mengantarkan mereka selamat dari siksa neraka dan akan menetapi surga Ar Rahman.” (Aysarut Tafasir, 4/124-125)

Lalu Syaikh Abu Bakr Al Jazairi mengambil faedah dari ayat tersebut, “Kebanyakan manusia tidak mengetahui hal-hal yang akan membahagiakan mereka di akhirat. Mereka pun tidak mengetahui aqidah yang benar, syari’at yang membawa rahmat. Padahal Islam seseorang tidak akan sempurna dan tidak akan mencapai bahagia kecuali dengan mengetahui hal-hal tersebut. Kebanyakan manusia mengetahui dunia secara lahiriyah seperti mencari penghidupan dari bercocok tanam, industri dan perdagangan. Namun bagaimanakah pengetahuan mereka terhadap dunia yang batin atau tidak tampak, mereka tidak mengetahui. Sebagaimana pula mereka benar-benar lalai dari kehidupan akhirat. Mereka tidak membahas apa saja yang dapat membahagiakan dan mencelakakan mereka kelak di akhirat. Kita berlindung pada Allah dari kelalaian semacam ini yang membuat kita lupa akan negeri yang kekal abadi di mana di sana ditentukan siapakah yang bahagia dan akan sengsara.”(Aysarut Tafasir, 4/125)

Itulah gambaran dalam ayat yang awalnya menerangkan mengenai kondisi orang kafir. Namun keadaan semacam ini pun menjangkiti kaum muslimin. Mereka lebih memberi porsi besar pada ilmu dunia, sedangkan kewajiban menuntut ilmu agama menjadi yang terbelakang. Lihatlah kenyataan di sekitar kita, orang tua lebih senang anaknya pintar komputer daripada pandai membaca Iqro’ dan Al Qur’an. Sebagian anak ada yang tidak tahu wudhu dan shalat karena terlalu diberi porsi lebih pada ilmu dunia sehingga lalai akan agamanya. Sungguh keadaan yang menyedihkan.

BAHAYA JAHIL TERHADAP ILMU AGAMA
Kalau seorang dokter salah memberi obat karena kebodohannya, maka tentu saja akan membawa bahaya bagi pasiennya. Begitu pula jika seseorang jahil atau tidak paham akan ilmu agama, tentu itu akan berdampak pada dirinya sendiri dan orang lain yang mencontoh dirinya.

Allah telah memerintahkan kepada kita untuk mengawali amalan dengan mengetahui ilmunya terlebih dahulu. Ingin melaksanakan shalat, harus dengan ilmu. Ingin puasa, harus dengan ilmu. Ingin terjun dalam dunia bisnis, harus tahu betul seluk beluk hukum dagang. Begitu pula jika ingin beraqidah yang benar harus dengan ilmu. Allah Ta’ala berfirman, 


فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ

"Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu" (QS. Muhammad: 19)

Dalam ayat ini, Allah memulai dengan ‘ilmuilah’ lalu mengatakan ‘mohonlah ampun’. Ilmuilah yang dimaksudkan adalah perintah untuk berilmu terlebih dahulu, sedangkan ‘mohonlah ampun’ adalah amalan. Ini pertanda bahwa ilmu hendaklah lebih dahulu sebelum amal perbuatan.

Sufyan bin ‘Uyainah berdalil dengan ayat ini untuk menunjukkan keutamaan ilmu. Hal ini sebagaimana dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Al Hilyah ketika menjelaskan biografi Sufyan dari jalur Ar Robi’ bin Nafi’ darinya, bahwa Sufyan membaca ayat ini, lalu mengatakan, “Tidakkah engkau mendengar bahwa Allah memulai ayat ini dengan mengatakan ‘ilmuilah’, kemudian Allah memerintahkan untuk beramal?” (Fathul Bari, Ibnu Hajar, 1/108)

Al Muhallab rahimahullah mengatakan, “Amalan yang bermanfaat adalah amalan yang terlebih dahulu didahului dengan ilmu. Amalan yang di dalamnya tidak terdapat niat, ingin mengharap-harap ganjaran, dan merasa telah berbuat ikhlas, maka ini bukanlah amalan (karena tidak didahului dengan ilmu, pen). Sesungguhnya yang dilakukan hanyalah seperti amalannya orang gila yang pena diangkat dari dirinya.“(Syarh Al Bukhari libni Baththol, 1/144)

Gara-gara tidak memiliki ilmu, jadinya seseorang akan membuat-buat ibadah tanpa tuntunan atau amalannya jadi tidak sah. Jika seseorang tidak paham shalat, lalu ia mengarang-ngarang tata cara ibadahnya, tentu ibadahnya jadi sia-sia. Begitu pula mengarang-ngarang bahwa di malam Jumat Kliwon dianjurkan baca surat Yasin, padahal nyatanya tidak ada dasar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka amalan tersebut juga sia-sia belaka. Begitu pula jika seseorang berdagang tanpa mau mempelajari fiqih berdagang terlebih dahulu. Ia pun mengutangkan kepada pembeli lalu utangan tersebut diminta diganti lebih (alias ada bunga). Karena kejahilan dirinya dan malas belajar agama, ia tidak tahu kalau telah terjerumus dalam transaksi riba. Maka berilmulah terlebih dahulu sebelum beramal. Mu’adz bin Jabal berkata,


العِلْمُ إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ

"Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu." (Al Amru bil Ma'ruf wan Nahyu 'anil Mungkar, hal. 15)

Beramal tanpa ilmu membawa akibat amalan tersebut jauh dari tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, akhirnya amalan itu jadi sia-sia dan tertolak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)

Kerusakanlah yang ujung-ujungnya terjadi bukan maslahat yang akan dihasilkan.‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,


مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ

"Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan." (Al Amru bil Ma'ruf, hal. 15)
BERI PORSI YANG ADIL
Bukan berarti kita tidak boleh mempelajari ilmu dunia. Dalam satu kondisi mempelajari ilmu dunia bisa menjadi wajib jika memang belum mencukupi orang yang capable dalam ilmu tersebut. Misalnya di suatu desa belum ada dokter padahal sangat urgent sehingga masyarakat bisa mudah berobat. Maka masih ada kewajiban bagi sebagian orang di desa tersebut untuk mempelajari ilmu kedokteran sehingga terpenuhilah kebutuhan masyarakat.

Namun yang perlu diperhatikan di sini bahwa sebagian orang tua hanya memperhatikan sisi dunia saja apalagi jika melihat anaknya memiliki kecerdasan dan kejeniusan. Orang tua lebih senang menyekolahkan anaknya sampai jenjang S2 dan S3, menjadi pakar polimer, dokter, dan bidan, namun sisi agama anaknya tidak ortu perhatikan. Mereka lebih pakar menghitung, namun bagaimanakah mengerti masalah ibadah yang akan mereka jalani sehari-hari, mereka tidak paham. Untuk mengerti bahwa menggantungkan jimat dalam rangka melariskan dagangan atau menghindarkan rumah dari bahaya, mereka tidak tahu kalau itu syirik. Inilah yang sangat disayangkan. Ada porsi wajib yang harus seorang anak tahu karena jika ia tidak mengetahuinya, ia bisa meninggalkan kewajiban atau melakukan yang haram. Inilah yang dinamakan dengan ilmu wajib yang harus dipelajari setiap muslim. Walaupun anak itu menjadi seorang dokter atau seorang insinyur, ia harus paham bagaimanakah mentauhidkan Allah, bagaimana tata cara wudhu, tata cara shalat yang mesti ia jalani dalam kehidupan sehari-hari. Tidak mesti setiap anak kelak menjadi ustadz. Jika memang anak itu cerdas dan tertarik mempelajari seluk beluk fiqih Islam, sangat baik baik sekali jika ortu mengerahkan si anak ke sana. Karena mempelajari Islam juga butuh orang-orang yang ber-IQ tinggi dan cerdas sebagaimana keadaan ulama dahulu seperti Imam Asy Syafi’i sehingga tidak salah dalam mengeluarkan fatwa untuk umat. Namun jika memang si anak cenderung pada ilmu dunia, jangan sampai ia tidak diajarkan ilmu agama yang wajib ia pelajari.

Dengan paham agama inilah seseorang akan dianugerahi Allah kebaikan, terserah dia adalah dokter, engineer, pakar IT dan lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037)

Ingatlah pula bahwa yang diwarisi oleh para Nabi bukanlah harta, namun ilmu diin. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah memperoleh keberuntungan yang banyak.” (HR Abu Dawud no. 3641 dan Tirmidzi no. 2682, Shahih)

Semoga tulisan ini semakin mendorong diri kita untuk tidak melalaikan ilmu agama. Begitu pula pada anak-anak kita, jangan lupa didikan ilmu agama yang wajib mereka pahami untuk bekal amalan keseharian mereka. Wallahu waiyyut taufiq.
 

------------------------
Selesai ditulis oleh Muhammad Abduh Tuasikal di Riyadh-KSA,  pada 14 Rabi’uts Tsani 1432 H (19/03/2011)

Tuesday, September 13, 2011

Pesan Kehidupan - Pujian (by : Gusdur)


ASTAGHFIRULLOH ROBBAL BAROO YAA
ASTAGHFIRULLOH MINAL KHOTOO YAA
RABBI ZIDNI ’ILMAN NA FI’AH 
WAWA FIQNI ’AMALAN SHOLIHAH
YAA ROSULULLOH SALAMUN’ALAIK
YAA ROFIASSA NI WA DAAROJI
ATHFATHAYYAJI ROTAL ALAMI
YAUUHAY LALJUU DIWAL KAROMI 2X

NGAWITI ENGSON NGLARA SI'IRAN
KELAWAN MUJI MARENG PENGERAN
KANG PARENG ROHMAD LAN KENIKMATAN
RINO WENGINE TANPO PITUNGAN

DUH BOLO KONCO PRIYO WANITO
OJO MUNG NGAJI SYARE'AT BONGKO
GUR PINTER DONGENG NULIS LAN MOCO
TEMBE MBURINE BAKAL SANGSORO.....  2X

AKEH KANG APAL QUR'AN HADITSSE
SENENG NGAFIRKE MALANG LIYANE
KAFIRE DEWE GAK DI GATEKKE 
YEN ESEK KOTOR ATI AKALE.....  2X

GAMPANG KABOJOK NAFSU ANGKORO
ENG PEPAESE GEBYARE NDONYO
IRI LAN MERI SUGIYE TONGGO
MULO ATINE PETENG LAN NISTO.....  2X

AYO SEDOLOR JOK NGLALEAKE
WAJIBE NGAJI SAK PRANADANE
DUR NGENDALAKE IMAN TAUKHITE
BAGUSE SANGU MULYO MATINE.....  2X

KAN ARAN SHOLEH BAGUS ATINE
KERONO MAPAN SERING NGELMUNE
LAKU TOREQOT LAN MA'RIFATE
UGO HAKEKAT MANJENG RASANE.....  2X

AL-QUR'AN QODIM WAHYU MINULYO
TANPO TINULIS ISO DIWOCO
IKU WEJANGAN GURU WASKITO
DEN TANCEPAKE ENG JERO DODO.....  2X

KUMANTEL ATI LAN PIKIRAN
MRASUK ENG BADAN SAMPEK JEROAN
MU'JIZAT ROSUL DADI PEDOMAN
MINONGKO DALAN MANJINGE IMAN.....  2X

KELAWAN ALLAH KANG MAHA SUCI
KUDU RANGKULEN RINO LAN WENGI
DITIRAKATI DIRIYADHOI
DZIKIR LAN SULUK JOK NGANTI LALI.....  2X

URIPE AYEM RUMONGSO AMAN
DUNUNGE ROSO TONDO YEN IMAN
SABAR NARIMO NAJAN PAS PASAN
KABEH DINAKDIR SAKENG PENGERAN.....  2X

KELAWAN KONCO DULUR LAN TONGGO
KANG PODHO RUKUN OJOK NGASIYO
IKU SUNNAHE ROSUL KANG MULYO
NABI MOHAMMAD PANUTAN KITO.....  2X

AYO NGLAKONI SEKABEANE 
ALLAH KANG BAKAL NGANGKAT DRAJATE
SENAJAN ASOR TOTO DOHIRE
ANANGENG MULYO MAKOM DRAJATE.....  2X

BALASTRO ENG PUNGKASANE
ORA KESASAR ROH LAN SUKMANE
DEN GADANG ALLAH SWARGO MANGGONE
UTOH MAYYITE UGOH ULESE.....  2X

YAA ROSULULALLOH SALAMUN’ALAIK
YAA ROFIASSA NI WA DAAROJI
ATHFATHAYYAJI ROTAL ’ALAMI
YAUUHAY LALJUU DIWAL KAROMI 2X
AL – FATIHAH............



Wednesday, September 7, 2011

Keyakinan adalah pencarian (2)


 
Yakin berarti membenarkan dalam hati dan melakukan dalam tindakan nyata
Keyakinan, kepercayaan adalah proses yang dilewati manusia untuk memperkuat diri menghadapi dunia.
Yakin pada islam berarti memiliki konsekuensi logis akan sebuah pencarian pada ajaran islam.
Tidak buta pada doktrin, juga tidak taqlid pada doktrin.
Karena doktrinasi bukan lah hasil akhir, doktrinasi adalah proses.
Dan hasil akhirnya tetaplah sebuah keyakinan.
Islam secara harfiah berarti selamat, berserah (pasrah).
Dalam bahasa saya berserah diri  kepada tuhan untuk sebuah jalan keselamatan yang tuhan telah janjikan melalui kitab-nya (Al Quran).
Tuhan dekat dengan manusia, sangat dekat ... Sehingga kita tak dapat melihatnya tetapi kita dapat merasakannya.
Rasa ini tak berlaku untuk orang – orang yang tidak meyakini adanya tuhan.
Orang yang tidak pernah benar mencoba mengenal dan mengerti esensi manusia.
Semakin sering kita berusaha berbicara pada nurani, mengerti keberadaanya dan apa yang dia tunjukan maka semakin kuat keyakinan kita pada kekuatan metafisik yang ada pada diri kita. Sepintas ini hanya menjadi omong kosong bagi yang tidak pernah mencoba meramu akal dan nuraninya.
Disadari ataupun tidak kita tidak akan pernah lepas dari nurani. Bisikan nurani ini adalah hal yang tidak dapat kita indra dengan indra fisik. Nurani, qolbu  dan istilah – istilah lainnya adalah sebuah kekuatan besar dalam diri yang membangkitkan, kekuatan yang dapat merubah sesuatu yang mungkin sulit untuk dirubah.
Mencari dengan penuh kesadaran dengan berbekal satu keyakinan kecil yang terus harus tetap diasah. Sehingga keyakinan itu berubah menjadi besar dan menguatkan raga ini untuk melawan keadaan yang mungkin tak selamanya selaras dengan akal.
Bisikan ini muncul disaat kekuatan fisik tak lagi dapat bangkit. Bisikan yang ada saat kita timpang dalam persimpangan. Bisikan yang lebih kuat suara positifnya dan selalu memberikan petunjuk kebaikan jika kita mau jujur mendengarkan Dia yang berbisik.
Keyakinan tanpa proses pembuktian membuat kita lemah saat menemui hambatan, membuat fikiran ini lemah untuk terus mencari celah bagaimana keluar dari masalah.
Dan Tuhan memberi persimpangan disetiap jalan agar kita senantiasa belajar, memperkuat ilmu pengetahuan dan terus memuncakkan keyakinan.


Monday, September 5, 2011

Segala sesuatu pantas untuk disyukuri

Dunia tak ubahnya dua mata pisau ... dua mata uang
selalu ada sisi positif dan negatif
Banyak yang telah kita lalui meninggalkan kisah, perjalanan panjang ini menyisakan isak tangis dan tawa cita
Keterpurukan yang melindas nafas dan mengiris setiap sesaknya hembusan membuat kita menjadi mengerti
Bahwa hidup adalah rangkaian kisah yang berhubung satu dengan yang lainnya
Kenyataan bahwa harapan selalu tak sebanding dengan apa yang saat ini sebenarnya kita butuhkan.
Tuhan menyiapkan sesuatu yang baik, Tuhan menyiapkan sekian banyak garis hidup untuk masing - masing kita.
Setiap kepedihan yang kita dapatkan hari ini ...
Bencana yang hari ini telah melanda dengan beringas menghanguskan ribuan harapan yang hampir sempurna
Cita - cita yang hampir menjadi kenyataan harus pupus karena sedikit tinta
Nestapa yang tak sekedipun kita pernah membayangkan, membuat tak dapat terbendung lagi linang air kesedihan.
Jeritan dan air mata luluh dalam relung terdalam karena ini terjadi dengan tiba - tiba
Tertunduk lesu, tak dapat berkata, tak dapat membaca apa ini sebenarnya
Cita - cita tinggal menjadi cita - cita ketika nyata ini tak berkata sesuai asa
Segala rencana yang telah kita rangkai seakan sirna bersama dengan hempasan bencana.

Semua ini tetap harus kita hadapi karena telah terjadi
Tetap harus bangkit dengan keterbatasan yang kita miliki
Melangkah lagi dengan daya yang ada tanpa ada kata putus asa.
" Segala sesuatu menyisakan satu hal positif yang layak untuk kita syukuri "
masih bisa kita dapati sisi lain yang dapat kita ambil hikmahnya.
Alhamdulillah masih ada yang Tuhan sisakan dari apa yang bencana berikan.
Bersyukur karena raga ini tak satupun terkurang oleh ganasnya bencana.
Nyawa yang menghidupkan raga pun masih Tuhan berikan meski bencana begitu hebatnya menyiksa

Sejenak ... tatap apa yang ada disekitar .
apa yang masih terhampar dari sisa badai yang keras menampar.
Apa yang dapat kita ambil pelajaran dari semua badai perjalanan.
Tuhan ... masih kepada-Mu hidup ini disandarkan.
Seburuk apapun keadaan yang ada dalam mata kita, tak seburuk apa yang mungkin dapat kita temui setelah ini.
" Segala sesuatu menyisakan satu hal positif yang layak untuk kita syukuri "

Kemenangan dalam ketidak Bebasan

Sisi lain dunia yang terasa pas menggambarkan bagaimana makna kebebasan terasa indah jika kita melihat sisi lain dari ketidakbebasan.
Saat bahagia yang harusnya dapat kita rasa ketika raga ini kembali berpulang bercengkrama dengan suka cita saat bersama dengan keluarga.
Ini menjadi cermin, menjadi pelajaran dan sebuah ketuk pada pintu hati pada sebuah kesadaran bahwa Cinta yang tertanam dalam kesadaran membuat kita tetap terjaga menguasai diri.
Tepat beberapa hari sebelum hari Raya itu, mata ini tertuju pada sebuah keprihatinan
Rasa empati yang terarah pada ruas jeruji besi memisahkan kebersamaan disaat banyak orang dapat berkumpul dengan sanak yang dicintainya.
Seorang kawan yang harus menanggung kenyataan merayakan "hari kemenangan" dalam keterbatasan.
Menikmati kemenangan dengan tidak ada kemenangan.
Kebebasan yang terenggut oleh kenyataan bahwa jeruji besi ini tak dapat membuat mu merasakan apa-apa
Hanya bercengkrama dengan kawan sepenanggungan menghadapi cobaan.
Dengan keterbatasan memperoleh apa yang dapat dirasakan
Ini telah terjadi ... tak dapat kita putar kembali ... tak perlu kita sesali
hanya penyesalan yang akan menjadi pemantik kebangkitan jika ini dapat kita jadikan pelajaran
Ratapan tak akan memperbaiki keadaan , tangisan hanya menjadi penghibur saat tekanan mulai tak tertahankan
Jadikan ini pelajaran kawan ...
jadikan ini pelecut saat gelap tak lagi dapat diterangi oleh keadaan
Karena Pelita itu ada pada diri kita sendiri ... bukan pada orang lain, bukan pada dimana kita berada



Tuhan memberi pelajaran tepat disaat kita membutuhkan
Disaat kita menjadi sangat jumawa mengatakan pada dunia
Disaat langit tak lagi kita junjung keberadaannya
Disaat bumi ini menjadi hina untuk kita syukuri, begitu besar cinta nya pada manusia
Kembalilah pada Jalanmu ... kembalilah meniti masa depan jika masih ada asa
Perjalanan ini menyimpan berjuta rahasia agar kita dapat menemukaannya


Dedicated to : Agung Pamuji