...

Tuesday, May 15, 2012

GEMBALA PAJAJARAN

Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian. Sebab terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala. Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.






dicuplik dari Uga Wangsit Siliwangi
http://3kun.blogspot.com/2010/04/uga-wangsit-siliwangi.html

Monday, May 14, 2012

Konteks Indonesia secara Filosofis dan Ruhaniyah


Secara filosofis dan historis, apa yang telah dirumuskan oleh paraFounding Fathers Republik Indonesia menjadi Panca Sila, apakah secara langsung atau tidak, mungkin terinspirasi atau ada kemiripan (paralelisme) dengan konsep Plato tentang “Negara Ideal” yang tertulis dalam karyanya “Republic”. Konsep Plato tentang sistem kepemimpinan masyarakat dan siapa yang berhak memimpin bangsa, bukanlah berdasarkan sistem demokrasi formal-prosedural yang liberal ala demokrasi Barat (Amerika) saat ini. Secara sederhana konsep kepemimpinan Platonis adalah “King Philosopher” atau “Philospher King”. Konsep ini Plato dapatkan dari kisah tentang sistem pemerintahan dan negara Atlantis.

Menurut Plato suatu bangsa hanyalah akan selamat hanya bila dipimpin oleh orang yang dipimpin oleh “kepala”-nya (oleh akal sehat dan hati nuraninya), dan bukan oleh orang yang dipimpin oleh “otot dan dada” (arogansi), bukan pula oleh “perut” (keserakahan), atau oleh “apa yang ada di bawah perut” (hawa nafsu). Hanya para filosof, yang dipimpin oleh kepalanya, yaitu para pecinta kebenaran dan kebijaksanaan-lah yang dapat memimpin dengan selamat, dan bukan pula para sophis (para intelektual pelacur, demagog) seperti orang kaya yang serakah (tipe Qarun, “manusia perut” zaman Nabi Musa), atau tipe Bal’am (ulama-intelektual-penyihir yang melacurkan ilmunya kepada tiran Fir’aun). Plato membagi jenis karakter manusia menjadi 3: “manusia kepala” (para filosofof-cendikiawan-arif bijaksana), “manusia otot dan dada” (militer), dan “manusia perut” (para pedagang, bisnisman-konglomerat). Negara akan hancur dan kacau bila diserahkan kepemimpinannya kepada “manusia otot-dada” atau “manusia perut”, menurut Plato.




Dr. Jalaluddin Rakhmat menjelaskan dalam konteks terminologi agama mutakhir: Islam, istilah Philosophia atau Sapientia, era Yunani itu identik dengan terminologi Hikmah dalam al-Qur’an. Istilah Hikmahterkait dengan Hukum (hukum-hukum Tuhan Allah SWT yang tertuang dalam Kitab-Kitab Suci para Nabi dan para Rasul Allah, utamanya Al-Qur’an al-Karim, dan Sunnah Rasulullah terakhir Muhammad SAW, yang telah merangkum dan melengkapi serta menyempurnakan ajaran dan hukum rangkaian para nabi dan rasul Allah sebelumnya. Hukum yang berdasarkan dan bergandengan dengan Hikmah, bila ditegakkan oleh para Hakim dalam sebuah sistem Hukumah (pemerintahan) inilah yang akan benar-benar dapat merealisasikan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah-kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Maka semakin jelaslah mengapa konsep kepemimpinan berdasarkan Panca Sila itu terkait erat dengan konsep kepemimpinan negara versi Plato, karena ia mengambilnya dari peradaban tertua yang luhur dari peradaban umat manusia pertama (Adam As dan keturunannya) yang mendapat hidayah dan ilmu langsung dari Tuhan YME: Allah SWT. Dan entah benar atau tidak, lokasinya adalah di Nusantara (Asia Tenggara).

Tuesday, May 8, 2012

NGELU(H)

Atas dasar apa anda mengeluh
dengan alasan apa anda meratapi keadaan yang sekarang tak dirasa indah

indah dan tidaknya apa yang terlihat anda dasarkan pada apa
begitukah Tuhan melihatkannya untuk kehidupan anda
bisa jadi memang begitu
bisa jadi tidak seperti yang anda bayangkan, karena jangkauan akalmu tak akan mampu menjangkau kuasa-Nya

mungkin ini alasan anda :
1. aku telah melakukan semua hal hingga habis tenagaku
2. aku telah berjalan sejauh ini yang orang lain belum mencapainya
3. aku telah menghabiskan seluruh hartaku untuk keinginanku
4. telah ku korbankan segalanya agar tercapai cita-citaku
5. atau sebenarnya tidak jelas alasan anda mengeluh

karena anda sebenarnya tidak benar-benar tau mengapa anda harus mengeluh
mungkin anda hanya sedang lelah secara fisik sehingga otak anda tidak dapat melihat sisi lain dari yang sedang dihadapi

Berprasangka baik saja kepada Tuhan
karena yang tak kau ketahuipun , Dia mengetahui
jadi mengapa anda menghardik Tuhan dengan kisah yang telah Tuhan tulis pada kehidupan anda
saat anda merengek, meratap dan mengeluhkan keindahan yang Tuhan siapkan

Sedikit senyum anda semoga menguatkan semangat anda untuk bangkit
jika kelam itu tak kunjung hilang dari penglihatan
dan Tuhan memberikan petunjuk yang baik untuk menguatkan anda melihat sayang-Nya pada manusia
Berjalanlah kembali, biar esok menjawab apa yang "jati diri" anda inginkan