...

Friday, December 23, 2011

Titip Rindu

Rinduku terasa saat sendiri, terkadang terbesit asa untuk bertemu lagi denganmu

Saat senja menjelang datang...aku masih tak sadar bahwa engkau telah dekat dengan penantianmu
Kudengar kabar untuk mencari lebih jauh tentang kota ini
Semua masih seperti biasa saja kala hari berjalan seperti hari-hari kemarin yang telah terlewati
Tetapi Akhirnya tak dapat kami semua pungkiri bahwa engkau semakin renta
Engkau semakin tak dapat melawan usia yang telah menua
Engkau tampak lelah untuk terus bertahan

Waktu yang telah terlewati di kota ini...kuhabiskan untuk menemani dikala malam telah datang meninggalkan siang.
Hingga kau putuskan untuk tak melanjutkan karena situasi ini memberimu ketidaknyamanan berlama-lama disana.
Mungkin Tuhan telah mempersiapkan segalanya agar Engkau tetap tegar melewati
Dalam lemahmu tak pernah kau tampakkan hilangnya semangatmu.

Detik bersambung hari telah berlalu bersama bermacam kenangan yang tak akan pernah terlupakan.
Memang tak setiap hari aku dapat menemanimu saat ranjang dirumah membantumu meluruskan raga
Tetapi aku tak pernah lelah memberi spirit agar hari-hari terakhirmu tetap indah
Terkadang dalam hatiku menangis melihatmu yang lemah lunglai tak berdaya dalam peraduan

Kuceritakan tentang makna yang dapat kau ambil saat kerasnya dunia tak dapat kau lawan
Kucerita tentang sisi lain dunia saat tubuh mu tak dapat lagi tertopang oleh kuatnya tulang belakang.
Aku masih tetap disini ...
dan akan tetap disini ... semoga dalam dunia mu engkau mendapat yang terbaik
Aku tau engkau tersenyum dalam lemahmu dengan semua ceritaku

Tetapi sesekali tak dapat kau tutupi saat sakit itu telah dalam menusuk seluruh anggota ragamu.
Kutitipkan rinduku , semoga kau dapat mendengar
Tuhan ... aku pasrahkan yang terbaik dalam pencarianku




Wednesday, December 14, 2011

A Q I D A H

Aqidah (Bahasa Arabاَلْعَقِيْدَةُ; transliterasi: Aqidah) dalam istilah Islam yang berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah.



Etimologi

Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu(اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi): 'akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.[1]
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid[2] dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' Salaf as-Shalih.[3]


Pembagian akidah tauhid

Walaupun masalah qadha' dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa menempuh jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha' dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk ke dalam salah satu di antara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:
  • Tauhid Al-Uluhiyyah,
    mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.
  • Tauhid Ar-Rububiyyah,
    mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.
  • Tauhid Al-Asma' was-Sifat,
    mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat.
Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu Imam Ahmad berkata: "Qadar adalah kekuasaan Allah". Karena, tak syak lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah rahasia Allah yang- tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar.[4]
Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40.[5]




MENGGALI SUMBER MOTIVASI


Intrinsik & Ekstrinsik

Teori motivasi yang sudah lazim dipakai menjelaskan bahwa sumber motivasi itu sedikitnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu sumber motivasi dari dalam diri (intrinsik) dan sumber motivasi dari luar (ekstrinsik). Termasuk sumber dari dalam, misalnya saja kebutuhan kita untuk menemukan makanan, mendapatkan kesehatan, mendapatkan keamanan, mendapatkan kehormatan, meraih prestasi di bidang kita, dan seterusnya.
Sedangkan yang termasuk sumber motivasi dari luar, misalnya saja kondisi kerja yang mendukung, gaji yang jumlahnya sesuai dengan keinginan atau tuntutan kita, perlakukan yang baik dari pihak lain, dan seterusnya. Dari praktek hidup seringkali kita temukan bahwa motivasi yang bersumber dari luar ini sifatnya tidak otomatik dan tidak mutlak. Di atas kertas putih memang bisa dikatakan bahwa kenaikan gaji bisa menambah motivasi dan bisa menambah kreativitas tetapi prakteknya tidak berlaku untuk semua orang atau tidak mutlak bisa menaikkan motivasi semua orang.
Prakteknya seringkali membuktikan bahwa kenaikan gaji hanya akan memotivasi orang yang sudah bisa memotivasi dirinya. Adapun bagi orang yang belum bisa memotivitas dirinya atau menolak memotivasi dirinya (malas-malasan, setengah-setengah, dan semacamnya), kenaikan gaji seringkali terbukti tidak bisa membuat mereka termotivasi. Atau paling banternya hanya menambah motivasi untuk jangka waktu yang sangat pendek.
Bahkan kalau kita rujukkan pada hasil studi Teresa Amabile, profesor dari Harvard Business School (The 6 Myths of creativity, Gruner + Jahr USA Publishing, 2004), kenaikan gaji malah menjadi semacam "fithan", masalah atau ancaman terhadap motivasi dan kreativitas bagi orang yang menolak memotivasi dirinya. Teresa mengatakan bahwa karyawan yang motivasi dan kreativitasnya tergantung pada kenaikan gaji semata justru akan menjadikan kemalasan sebagai jurus untuk mendapatkan kenaikan gaji berikutnya.
Walhasil, memang perlu kita akui bahwa gaji yang rendah menurut ukuran yang berlaku umum, kondisi kerja yang tidak kondusif menurut rasio umum atau perlakuan organisasi yang tidak fair menurut norma umum, bisa menjadi demotivator. Tetapi hal ini tidak punya pengertian bahwa ketika gaji kita naik, kondisi kerja Ok atau perlakuan yang kita terima OK dari pihak lain lantas membuat kita secara otomatik menjadi orang yang kreatif dan ‘motivatif’.
Kita bisa memilih menjadi orang kreatif dan motivatif dengan alasan karena kita kekurangan fasilitas, karena gaji kita tidak cukup menurut ukuran kita, karena kita sedang dilanda krisis perlakuan baik dari orang lain ATAU bisa pula kita memilih menjadi orang kreatif dan motivatif dengan alasan karena kita sedang dikelilingi fasilitas kerja yang berlimpah, gaji kita lebih menurut ukuran kita, dan karena kita sedang mendapatakan treatment yang bagus dari pihak lain. Prakteknya membuktikan, "We are the law of ourselves."
Sumber Alamiyah: motivator & demotivator
Cukupkah pemahaman kita tentang sumber motivasi itu hanya sebatas pada pengertian-pengertian yang seperti penjelasan di atas? Kalau kita mencoba menelaah praktek hidup lebih dalam, ternyata bisa kita temukan bahwa sumber motivasi itu jumlahnya tak terbatas dan terhingga. Seluruh aktivitas perasaan kita (feeling and mood) dalam meresponi apa yang terjadi di dalam diri dan apa yang menimpa diri kita dari luar bisa kita gunakan sebagai motivator, termasuk yang sering kita cap dengan sebutan hal-hal negatif atau tak berguna atau ancaman motivasi (demotivator)
Berikut ini adalah sebagian contoh dari hal-hal yang sering kita anggap negatif tetapi bisa kita olah sebagai sumber motivasi yang gratis dan bisa kita gali seluas-luasnya, sekuat-kuatnya dan sedalam-dalamnya:

Pertama, kekesalan. Terlepas dari perbedaan kadar dan alasan, semua orang yang hidup di dunia ini pernah kesal: kesal kepada diri sendiri, kesal kepada orang lain, kesal kepada keadaan, bahkan kesal kepada Tuhan. Persoalan yang kita hadapi dalam praktek hidup bukan masalah pernah kesal atau tidak pernah, melainkan akan kita gunakan untuk apakah kekesalan yang menggelora di dada kita?
Kekesalan bisa kita jadikan motivator untuk maju tetapi bisa pula kita jadikan demotivator untuk maju, tergantung apa yang kita pilih. Anthony Robbins yang saat ini dikenal Motivator International papan atas mengakui bahwa dirinya menjadikan kekesalan sebagai motivator untuk maju. Karena ia kesal dengan posisi karirnya yang berada di level bawah, maka kekesalan itu ia olah menjadi energi yang mendorong dirinya untuk naik.

Kedua, kegagalan. Semua manusia yang berusaha di dunia ini pastilah pernah gagal. Kegagalan dalam usaha bukanlah pilihan (choice), melainkan konsekuensi yang tidak bisa dipilih (not free to choose). Andaikan boleh memilih, tentulah tak ada satu pun manusia di dunia ini yang memilih kegagalan. Semua orang pastilah akan memilih keberhasilan.
Meskipun semua orang pernah menghadapi kegagalan tetapi yang berbeda adalah bagaimana orang itu menggunakan energi kegagalan. Apakah kita akan menggunakan kegagalan usaha kita sebagai motivator untuk mencapai keberhasilan ataukah kita akan menggunakan kegagalan kita sebagai demotivator? Semua akan kembali kepada pilihan kita. Robert Kiyosaki menyimpulkan bahwa kegagalan itu akan menjadi penghancur (demotivator, destroyer) bagi orang kalah (losers) tetapi akan menjadi inspirasi maju bagi para pemenang (winners)
Meminjam istilah yang pernah digunkan oleh Jhon C. Maxwell, di sana ada yang disebut Kegagalan Maju (failing forward) dan di sana ada pula yang disebut Kegagalan Mundur (failing backward). Menurutnya, Kegagalan Maju adalah kemampuan seseorang untuk bangkit kembali setelah dipukul mundur, kemampuan untuk belajar dari kesalahan dan kemampuan untuk melangkah menuju arah yang lebih bagus. J.M. Barrie menyimpulkan: "Selama lebih dari 30 tahun saya memimpin, saya sampai pada kesimpulan bahwa yang paling penting di sini adalah memiliki kemampuan yang saya sebut "kegagalan maju".

Ketiga, hinaan, celaan atau cemoohan orang lain atas kita. Terlepas dari perbedaan bentuk, jenis, dan kadar, sebetulnya semua orang di dunia ini pernah dihina, dilecehkan, dipandang rendah, diperlakukan secara tidak enak oleh orang lain. Semua sepakat bahwa diotak-atik dengan menggunakan teori apapun, yang namanya dihina atau dilecehkan tentulah merupakan sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.
Masalah yang kita hadapi dalam praktek hidup (selain masalah yang sudah kita rasakan) adalah bagaimana kita menggunakan semua itu. Hinaan bisa kita jadikan sebagai motivator dan bisa pula kita jadikan sebagai demotivator, tergantung bentuk kegunaan yang kita pilih. Tak sedikit para peraih prestasi tinggi di bidangnya di sekitar kita yang mendapatkan dorongan maju (motivasi) dari hinaan orang lain di sekitarnya yang kemudian mengantarkan mereka pada satu titik pembuktian-diri positif. Albert Einstein mengakui bahwa semangat dari dirinya yang agung kerapkali mendapatkan perlawanan dari orang lain yang punya semangat biasa-biasa.
Karena sesungguhnya yang menentukan kegunaan itu kita, maka Les Brown berpesan: "Jangan biarkan opini negatif orang lain tentang dirimu menjadi kenyataan di dalam dirimu." Dihina orang lain tidak ‘capable’ kalau kita iyakan (kita gunakan sebagai demotivator) akan menjadi kenyataan di dalam diri kita tetapi kalau kita tolak (kita jadikan motivator untuk menjadi capable) tentu ini setidaknya akan mengantarkan kita menjadi capable, meskipun tidak semudah orang membalik tangan. Eleanoor Rosevelt berkesimpulan: "Tidak ada orang yang sanggup membuat anda down tanpa izin dari anda."
Gampangnya ngomong, semua yang diciptakan Tuhan atau semua yang diizinkan Tuhan untuk ada dan untuk terjadi di dalam diri kita dan di dunia ini, memiliki kegunaan, dari (katakanlah) mulai ketakutan, kekurangan, kebingungan, kemalangan, dan seterusnya. Kitalah yang diberi pilihan (tawaran) untuk memilih kegunaan itu. Bisa kita gunakan sebagai motivator (kegunaan positif) dan bisa pula kita gunakan sebagai demotivator (kegunaan negatif). Memilih kegunaan positif akan mengantarkan kita menjadi orang yang semakin positif. Memilih kegunaan negatif akan mengantarkan kita menjadi orang yang semakin negatif.





Pembelajaran
Apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa menggunakan ledakan emosi negatif yang selama ini kita anggap barang tak berguna itu menjadi berguna, menjadi motivator atau setidak-tidaknya tidak sampai membuat kita menjadi orang yang semakin / bertambah negatif akibat tertimpa oleh hal-hal negatif (hal-hal yang tidak kita inginkan)? Sebagai pembelajaran, mungkin kita bisa melakukan pilihan berikut:
1. Menyadari
Menyadari atau kesadaran-diri (self-awareness) adalah kemampuan kita untuk mendeteksi, menyadari, merasakan, dan mengontrol apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, dan apa yang kita unek-unek-an serta kemampuan kita untuk memahami bagaimana semua itu terjadi dan apa yang menyebabkannya. Memiliki kesadaran-diri seperti ini akan membuat kita punya pilihan hidup (choice), bisa mengambil keputusan menurut pilihan kita dari dalam (from the inside-out), atau responsif (bukan sekedar reaktif).
Seperti yang kita alami dalam praktek hidup sehari-hari, kekesalan itu bisa kita pilih sebagai sumber motivator dan bisa pula kita pilih sebagai sember demotivator. Cuma saja, untuk bisa memilih sebagai motivator ini dibutuhkan kesadaran-diri, kontrol-diri, atau penguasaan-diri serta kekebasan memilih (free to choose). Hilangnya kesadaran-diri ini akan membuat kita menempati posisi sebagai korban kekesalan, dan bukan sebagai pihak yang bisa menggunakan kekesalan. Kita mudah lupa bahwa kekesalan itu selain bisa kita gunakan sebagai motivator juga bisa menjadi demotivator.
2. Menggunakan
Setelah kita memiliki "kebebasan memilih" dalam menggunakan apa yang terjadi dan apa yang menimpa kita, maka tahapan berikutnya adalah menggunakan energinya untuk mendukung keinginan kita. Kekesalan, kekecewaan, ketakutan, kekurangan atau kejengkelan tidak secara otomatik menjadi sumber motivator hanya karena kita tahu. Ia akan menjadi motivator kalau kita gunakan (apply) untuk memotivasi diri kita melalui saluran aktivitas yang jelas dan tujuan (sasaran) yang jelas.
Karena itu, akan lebih mudah buat kita dalam mengolah ledakan emosi agar menjadi sumber motivasi kalau kita memiliki tujuan hidup yang jelas dan jelas-jelas kita perjuangkan. Ibarat menembak, jika sasaran yang akan kita bidik itu jelas (spesifik, measureable, attainable), tentulah akan lebih mudah kita mengalihkan energi dari yang semula akan mencelakakan kita ke yang mendukung kita.
3. Mengawasi
Dari praktek hidup sehari-hari kita diajarkan bahwa yang terkadang membuat kita tidak sanggup menggunakan berbagai ledakan emosi sebagai sumber motivasi itu bukan saja karena kita tidak tahu semata, melainkan karena kita lupa (losing control). Karena itu, pengawasan aktivitas batin kita tetap diperlukan. Lupa hanya sebentar lalu kita menarik diri untuk ingat, mungkin tak ada masalah tetapi kalau kita lupa dalam kurun waktu yang panjang apalagi selamanya, tentulah ini membahayakan buat kita. Selamat mencoba.

Tuesday, December 6, 2011

Zuhud secara Lahir dan Batin

miskin_zuhud_sederhanaDi malam hari ini –berkat anugerah Allah- satu pelajaran kami peroleh dari Ibnu Taimiyah rahimahullah tentang maksud zuhud. Bagaimanakah bentuknya seseorang memiliki zuhud secara batin dan secara lahir. Semoga bahasan berikut ini bermanfaat.
Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan,
Zuhud yang disyari’atkan adalah meninggalan setiap hal yang tidak bermanfaat untuk kehidupannya di akhirat dan hati begitu yakin pada apa yang di sisi Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam At Tirmidzi,
لَيْسَ الزُّهْدُ فِي الدُّنْيَا بِتَحْرِيمِ الْحَلَالِ وَلَا إضَاعَةِ الْمَالِ وَلَكِنَّ الزُّهْدَ أَنْ تَكُونَ بِمَا فِي يَدِ اللَّهِ أَوْثَقَ بِمَا فِي يَدِك وَأَنْ تَكُونَ فِي ثَوَابِ الْمُصِيبَةِ إذَا أَصَبْت أَرْغَبَ مِنْك فِيهَا لَوْ أَنَّهَا بَقِيَتْ لَك
Zuhud terhadap dunia bukan berarti mengharamkan yang halal dan bukan juga menyia-nyiakan harta. Akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah engkau begitu yakin terhadap apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Zuhud juga berarti ketika engkau tertimpa musibah, engkau lebih mengharap pahala dari musibah tersebut daripada kembalinya dunia itu lagi padamu.”[1]
Karena Allah Ta’ala berfirman,
لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ
Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS. Al Hadid: 23) [2]. Ini menunjukkan bahwa zuhud di sini merupakan ciri-ciri zuhud dalam hati (batin).
Adapun zuhud secara lahiriyah (zhohir) adalah dengan seseorang meninggalkan berlebih-lebihan dalam hal makanan, pakaian, harta dan lainnya yang tidak sebagai pengantar untuk taat pada Allah.
Sebagaimana Imam Ahmad pernah katakan,
إنَّمَا هُوَ طَعَامٌ دُونَ طَعَامٍ وَلِبَاسٍ دُونَ لِبَاسٍ وَصَبْرِ أَيَّامٍ قَلَائِلَ
“(Yang dimaksud zuhud secara lahir) adalah seseorang mengonsumsi makanan namun tidak secara berlebih-lebihan, mengenakan pakaian juga tidak secara berlebihan dan bersabar di hari-hari penuh kesulitan.”
***
Dari penjelasan Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah, kita dapat mengerti bahwa zuhud itu ada dua macam. Orang yang dikatakan zuhud bukanlah secara lahiriah saja, namun juga yang utama adalah secara batin. Bagaimanapun zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat di akhirat nanti. Juga beliay tambahkan maksud zuhud secara batin adalah menjadikan hati begitu yakin pada janji Allah, dalam hal rizki dan lainnya. Sedangkan secara lahiriah, zuhud ditunjukkan dengan seseorang bersikap sederhana (artinya, tidak berlebih-lebihan) dalam hal makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya, ditambah dengan bersabar. Jadi tidak selamanya zuhud adalah dengan hidup sederhana dalam harta, artinya tidak berlebih-lebihan, namun hendaknya ada perbuatan batin sebagaimana yang Ibnu Taimiyah rahimahullah sebutkan. Semoga Allah membalas amalan baik beliau ini yang telah menunjukkan kita pada hakekat zuhur yang sebenarnya.
Semoga pelajaran berharga ini semakin menjadikan akhlaq kita mulia di sisi Allah. Moga Allah anugerahkan kepada kita untuk bersikap zuhud. Aamiin .


Thursday, December 1, 2011

50 Kebiasaan Untuk Meraih Sukses


Sukses bermula dari mental. Anda bisa saja miskin namun jika Anda yakin bahwa Anda bisa sukses, maka itulah yang akan Anda raih. Demikian juga sebaliknya, jika seseorang terlahir kaya, namun tidak memiliki mental sukses, maka kelak ia pun bisa jatuh melarat.

http://kartikamayangsari.files.wordpress.com/2009/11/kunci-sukses.jpg

Tak peduli apa pun yang menjadi profesi kerja Anda sekarang, apakah karyawan rendahan atau bos sekalipun, Anda bisa meraih sukses dengan mengembangkan 50 kebiasaan sukses ini. Namun, ingat juga bahwa ukuran kesuksesan bukanlah uang, melainkan mental puas itu sendiri.


1.Carilah dan temukan kesempatan saat orang lain gagal menemukannya.
2.Orang sukses melihat masalah sebagai bahan pembelajaran dan bukannya kesulitan belaka.
3.Fokus pada solusi, bukan berkubang pada masalah yang ada.
4.Menciptakan jalan suksesnya sendiri dengan pemikiran dan inovasi yang ada.
5.Orang sukses bisa merasa takut, namun mereka kemudian mengendalikan dan mengatasinya.
6.Mereka mengajukan pertanyaan yang tepat, sehingga menegaskan kualitas pikiran dan emosional yang positif.
7.Mereka jarang mengeluh.
8.Mereka tidak menyalahkan orang lain, namun mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka.
9.Mereka selalu menemukan cara untuk mengembangkan potensi mereka dan menggunakannya dengan efektif.
10.Mereka sibuk, produktif, dan proaktif, bukan luntang-lantung.
11.Mereka mau menyesuaikan diri dengan sifat dan pemikiran orang lain.
12.Mereka memiliki ambisi atau semangat.
13.Tahu benar apa yang diinginkan.
14.Mereka inovatif dan bukan plagiat.
15.Mereka tidak menunda-nunda apa yang ada.
16.Mereka memiliki prinsip bahwa hidup adalah proses belajar yang tiada henti.
17.Mereka tidak menganggap diri sempurna sehingga sudi belajar dari orang lain.
18.Mereka melakukan apa yang seharusnya, bukan apa yang mereka mau lakukan.
19.Mereka mau mengambil resiko, tapi bukan nekat.
20.Mereka menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan segera.
21.Mereka tidak menunggu datangnya keberuntungan, atau kesempatan. Merekalah yang menciptakannya.
22.Mereka bertindak bahkan sebelum disuruh/ diminta.
23.Mereka mampu mengendalikan emosi dan bersikap profesional.
24.Mereka adalah komunikator yang handal.
25.Mereka mempunyai rencana dan berusaha membuatnya menjadi kenyataan.
26.Mereka menjadi luar biasa karena mereka memilih untuk itu.
27.Mereka berhasil melalui masa-masa berat yang biasanya membuat orang lain menyerah.
28.Mereka tahu apa yang penting bagi mereka dan melakukan yang terbaik yang mereka bisa.
29.Mereka memiliki keseimbangan. Mereka tahu bahwa uang hanya alat, bukan segalanya.
30.Mereka paham betul pentingnya disiplin dan pengendalian diri.
31.Mereka merasa aman karena mereka tahu mereka berharga.
32.Mereka juga murah hati dan baik hati.
33.Mereka mau mengakui kesalahan dan tidak segan untuk minta maaf.
34.Mereka mau beradaptasi dengan perubahan.
35.Mereka menjaga kesehatan dan performa tubuh.
36.Mereka rajin.
37.Ulet
38.Mereka terbuka dan mau menerima masukan dari orang lain.
39.Mereka tetap bahagia saat menghadapi pasang surut kehidupan.
40.Mereka tidak bergaul dengan orang-orang yang salah/ merusak.
41.Mereka tidak membuang waktu dan energi emosional untuk sesuatu yang di luar kendali mereka.
42.Mereka nyaman bekerja di tempat yang ada.
43.Mereka memasang standar yang tinggi bagi diri sendiri.
44.Mereka tidak mempertanyakan mengapa mereka gagal namun memetik pelajaran dari itu semua.
45.Mereka tahu bagaimana harus rileks, menikmati apa yang ada, dan mampu bersenang-senang dalam kecerobohan sekalipun.
46.Karir mereka bukanlah siapa mereka, itu hanyalah pekerjaan.
47.Mereka lebih tertarik pada apa yang efektif ketimbang pada apa yang mudah.
48.Mereka menyelesaikan apa yang telah mereka mulai.
49.Mereka menyadari bahwa mereka bukan hanya makhluk hidup belaka, namun juga makhluk rohani.
50.Mereka melakukan pada yang mereka katakan.

Jadi, apakah ada beberapa kebiasaan yang sudah menjadi bagian dari hidup Anda saat ini?! Jika ada, kembangkan itu, dan tambahkan peluang sukses Anda dengan melakukan yang lain. Ingat, sukses bukanlah milik orang yang tidak pernah gagal, melainkan milik orang yang tidak pernah menyerah!!