...

Tuesday, October 25, 2011

JANGAN BERPUTUS ASA


Sebab bagaimanapun keadaan yang menimpa diri anda, anda diperintahkan untuk selalu berharap kepada rahmat Allah dan dilarang berputus asa. 


Dalam surat Az Zumar ayat 53 Allah swt. telah berfirman:



قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِيْنَ أَسْرَفُوْا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوْا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ ... الآية




Katakan olehmu Muhammad: Wahai para hamba-Ku yang telah menghambur-hamburkan umurnya, janganlah kamu sekalian berputus asa terhadap rahmat Allah.
 

Karena hidup ini pun adalah karunia yang indah untuk tetap kita syukuri dengan segala adanya.

Rasakan apa yang mugkin sekarang tidak anda rasakan ...

Sedikit saja kehidupan yang hilang, akan mengurangi rasa bahagia yang mungkin kita dapat rasakan dalam dunia.

Jika mata tak lagi dapat melihat sebagaimana mestinya,

Apakah anda merasakan bahagia menatap dunia ...

Mata yang menjadi analogi kecil akan sebuah makna hidup, 

dan bayangkan apa yang mungkin tidak anda ingin bayangkan ...

Jika rasa masih dapat anda sapa tetapi raga tak mampu menjawabnya 

Dan Akan menjadi puncaknya ketika semua telah berlalu akan apa yang menjadi cita yang tak terbalas oleh nyata

Jangan ada kata sesal 

"karena aku telah meninggalkan kesempatan kala hidup tak ku anggap manjadi sebuah keindahan " 

Semua menjadi lemah ... semua menjauh apa yang dulu menjadi daya

Jangan menyerah selama kekuatan masih ada yang tersisa












Friday, October 21, 2011

Belajarlah dari Kritik

Keterbatasan indra penglihatan memang tidak bisa kita ingkari, begitulah adanya yang kita terima dari penciptaan fisik manusia. Mata yang kita jadikan alat untuk melihat memang desainnya menghadap ke depan/keluar dan itupun terbatas oleh kelopak mata sehingga yang terlihatpun serba terbatas. Bagaimana kita bisa menilai diri kita, sudah sejauh mana kualitas kita, sejauh mana kemampuan kita. Semua itu memerlukan penilaian agar semakin hari kita bisa senantiasa meningkatkan kualitas diri.

Antara satu dan yang lainnya kita bisa saling melihat. Jika kita tak dapat melihat punggung kita sendiri maka kita perlu mata lain untuk melihat, dan begitulah adanya jika kita terbatas. Dengan melihat kita dapat menilai apa yang terjadi, menilai apa yang sedang kita jalani. Mencoba membaca, memahami dan mengartikan apa yang Tuhan telah tunjukan pada kita semua.

Tidak Jarang kita mendengar penilaian dari orang lain, dalam sebuah diskusi, percakapan setiap hari atau juga dalam rapat resmi. Penilaian yang berkonotasi negatif menjadi sebuah kata kritik. Sepertinya kritik menjadi hal buruk yang mugkin tidak ingin kita dapatkan, tetapi itulah yang terjadi ... apa boleh buat karena kritik itu memang ada dalam dunia ini. Kritik secara substansi tidak berbeda dengan penghargaan kepada masing - masing manusia. Cap atas apa yang telah kita perbuat, menjadikan citra diri atas tindakan dan ucapan. Jika Penghargaan selalu kita harapkan kenapa dengan kritik yang tak ingin kita terima.

Keduanya adalah hal yang sama terhadap diri kita ... jika kita tak mampu melihat punggung kita maka kita perlu  alat bantu penglihatan sehingga kita lebih banyak mendapat informasi tentang diri kita. Jika penghargaan adalah sisi positif yang ada pada diri kita dengan apa yang kita prestasikan, maka kritik adalah sisi negatif yang mungkin belum kita ketahui adanya karena keterbatasan. Kritik dari orang lain memang tak selamanya bersifat objektif tetapi selalu ada pesan yang mampu kita olah untuk kita krosscheck dengan apa yang memang telah terjadi pada diri kita.


picture source : ilmunyailmu.blogspot.com


Itulah kritik yang kita terima ... jika kita dapat dengan bijaksana menyandingkan keduanya ... penghargaan dan kritik maka dengan proposional kita dapat mengolahnya. Ada banyak pelajaran dari kritik yang ada pada diri kita. Kita dapat banyak belajar atas kritik yang telah orang utarakan. Itulah cara Tuhan menyanyangi umatnya, senantiasa memperbaiki diri dengan menemukan sisi lemah yang harusnya kita tutupi dengan kekuatan. Teruslah berjalan ... jangan biarkan kritik itu mengalahkan semangat mu untuk melawan dunia.


Wednesday, October 19, 2011

Mengapa Doa Kita Terkabul?


By: M. Agus Syafii

Ada seorang bapak yang memiliki seorang putri, istrinya yang dicintainya sedang sakit keras tergolek di rumah sakit, setiap hari beliau datang ke rumah sakit menggantikan bajunya dan juga berbincang. Dokternya seolah kehilangan harapan namun beliau sebagai suaminya yakin akan kesembuhan sang istri. Sampai pada suatu hari, beliau melihat sebuah kenyataan istrinya tubuhnya sudah pulih kembali bahkan beberapa hari kemudian dinyatakan telah sembuh dari sakitnya. Beliau bertutur, 'Saya yakin Allah akan Mengabulkan doa-doa saya.' Keyakinan itulah yang menyebabkan doa2 beliau begitu mudah dikabulkan. Di dalam kehidupan sehari-hari banyak di dalam hidupnya mendapatkan kemudahan dan sering dikabulkan doa-doanya.

Ada tiga kunci terkabulnya sebuah doa:

1. Kualitas diri yang berdoa. Doa setiap hamba kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan dikabulkan sangat tergantung pada kualitas hambanya yang berdoa. Allah senantiasa menguji dan melatih kesabaran setiap hambaNya. Bagi hambaNya yang lulus melewati setiap ujian yang Allah berikan maka Allah mengabulkan permohonan yang dipanjatkan oleh hambaNya. Ada seorang gadis yang berdoa ditengah malam senantiasa diiringi dengan tetesan air mata untuk agar segera diberikan jodoh yang terbaik dari sisi Allah dengan berbagai amal kebaikan lainnya dilakukan setelah melalui ujian yang diberikan oleh Allah akhirnya gadis itu mendapatkan jodohnya.

2. Kualitas ketakwaan yang berdoa. Setiap orang yang akan berdoa hendaknya meningkatkan keimanan dan ketakwaanNya sehingga jika doa kita dikabulkan memang karena patut untuk dikabulkan. Saya pernah bertemu dengan seorang pengusaha yang mengalami kemajuan pesat didalam usahanya, beliau menuturkan bahwa kemajuan dibidang usaha berbanding lurus dengan kemajuan spritualitas. Sholatnya ditingkatkan, shodaqohnya ditingkat, kepedulian terhadap karyawan ditingkatkan maka dengan sendirinya perusahaan meningkat pesat seiring meningkat pesat kesejahteraan karyawannya sehingga semua karyawan bekerja secara optimal dan berdoa untuk kemajuan perusahaan.

3. Amal kebaikan yang berdoa. Sebelum kita meminta dalam doa. Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan mengabulkan permintaan kita, jika memang kita memang telah pantas menerima nilai yang seharusnya kita terima. Berilah kontribusi lebih besar dari apa yang kita inginkan dalam doa. Amal kebaikan yang telah kita lakukan salah satu faktor penyebab dikabulkan sebuah doa. 'Dan Allah senantiasa memberi pertolongan kepada HambaNya selama hambaNya itu suka menolong sesamanya' (HR. Muslim).

Maka tidaklah mustahil mengapa ada orang yang berdoa senantiasa mudah dikabulkan oleh Allah karena orang itu sudah mencapai taraf disayang bahkan sudah menjadi kekasih Allah. Sebagai seorang kekasih apapun yang diminta oleh pujaan hatiNya, apapun yang diminta akan selalu diberi. Bahkan sebelum memintapun sudah diberi karena baginya apapun yang Allah berikan  selalu diterima dengan penuh syukur. "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS Al Baqarah :186).

Wassalam,
M. Agus Syafii

Friday, October 14, 2011

Hakikat penciptaan manusia Dalam Islam

Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa , maka segala sesuatu dapat terjadi.
Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat bahwa Adam bukan manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa:
Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua unsure kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia. Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu bahan-bahan pembentuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya merupakan petunjuk manusia yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau dikatakan sebagai tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa proses kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan terdapat di mana-mana seperti panas dan sinar ultraviolet.
Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah menghendaki sesuatu jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap yang dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini harus dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang dikehendaki Allah pasti terwujud dan terwujudnya mungkin saja melalui suatu proses. Hal ini dimungkinkan karena segala sesuatu yang ada didunia juga mengalami proses yang seperti dinyatakan antara lain dalam surat al-A’la 1-2 dan Nuh 14.
Jika diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa penciptaan Isa seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam, maka dapat menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari sesuatu yang hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup sebelumnya. Hal itu karena kata “tsumma” yang berarti kemudian, dapat juga berarti suatu proses.
Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau tidak, diciptakan langsung atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada ujungnya karena masing-masing akan teguh pada pendiriannya. Jika polemik ini senantiasa diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan waktu dan tidak sempat lagi memikirkan tentang status dn tugas yang telah ditetapkan Allah pada manusia al-Quran cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang itu.




pict source = http://imageshack.us
Untuk memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli kimi, biologi, dan lain-lainnya perlu dilibatkan, agar dalam memahami ayat-ayat tersebut tidak secara harfiah. Yang perlu diingatkan sekarang adalah bahwa manusia oleh Allah, diharapkan menjadi khalifah ( pemilih atau penerus ajaran Allah ). Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam al-baqarah 30. kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah. Kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubunkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah-‘Abbasiah.
Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu bakar pada waktu dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunah rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar antara lain menyatakan “selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi apabila saya menyimpang , maka luruskanlah saya”. Jika demikian pengertian khalifah, maka tidak setiap manusia mampu menerima atau melaksanakan kekhalifahannya. Hal itu karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah : jasad ( al-Anbiya’ : 8, Shad : 34 ). Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya’ :91 dan lain-lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ) ; Aqal ( al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain); dan Qolb ( Ali Imran 159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan lain-lain ). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia, Ruh adalah daya hidup, Nafs adalah jiwa , Aqal adalah daya fakir, dan Qolb adalah daya rasa. Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti lemah ( an-Nisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Ma’arif 19 ), suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34), suka membantah ( al-kahfi 54 ), suka melampaui batas ( al-‘Alaq 6 ) suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari nafs , sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya dengan aqal dan qolb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasi kecenderungan negatif tersebut ( karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali ) ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.
Berdasarkan ungkapan pada surat al-Baqarah 30 terlihat suatu gambaran bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia khalifah pertama. Dalam ayat tersebut, kata yang dipakai adalah jaa’ilun dan bukan khaaliqun. Kata khalaqa mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, sedang kata ja’ala mengarah pada sesuatu yang bukan baru,dengan arti kata “ memberi bentuk baru”. Pemahaman seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat yang menyatakan “ apakah engkau akan menjadikan di bumi mereka yang merusak alam dan bertumpah darah?” ungkapan malaikat tersebut memberi pengertian bahwa sebelum adam diciptakan, malaikat melihat ada makhluk dan jenis makhluk yang dilihat adalah jenis yang selalu merusak alam dan bertumpah darah. Adanya pengertian seperti itu dimungkinkan, karena malaikat tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, sebab yang tahu apa yang akan terjadi dimasa depan hanya Allah.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses dalam rahim ibu. Ayat berserak, tetapi dengan bantuan ilmu pengetahuan dapat dipahami urutannya. Dengan demikian, pemahaman ayat akan lebih sempurna jika ditunjang dengan ilmu pengetahuan.
Oleh karena al-Quran tidak bicara tentang manusia pertama. Biarkanlah para saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha pembuktian yang berdasarkan penemuan fosil. Semua itu bersifat sekedar pengayaan saint untuk menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil pembuktian para saintis hanya bersifat relatif dan pada suatu saat dapat disanggah kembali, jika ada penemuan baru. Misalnya, mungkinkah penemuan baru itu dilakukan oleh ulama islam?.
 Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain
Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihan-kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain dijelaskan surat al-Isra’ ayat 70.
Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan makhluk lainny.
Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ), bahkan lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).


Diposkan oleh Ayatollah Hidayat
http://pemerhatipendidikangowa.blogspot.com

Thursday, October 13, 2011

Seperti apa Wanita Yang Ideal Untuk Dinikahi


oleh Mbah Jenggot pada 16 Mei 2010 jam 22:54



Nabi Saw. bersabda: "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalehah. Dalam riwayat yang lain: Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang dapat membantu suaminya dalam urusan akhirat." Nabi Saw. bersabda: "Setelah takwa kepada Allah, seorang mukmin tidak bisa mengambil manfaat yang lebih baik, dibanding istri yang shalehah dan cantik, yang jika suaminya memerintahkan sesuatu kepadanya, dia selalu taat, jika suaminya memandangnya dia menyenangkan, jika suaminya menyumpahinya dia selalu memperbaiki dirinya, dan apabila suaminya meninggalkannya (bepergian), dia pun selalu menjaga diri dan harta suaminya."

Nabi Muhammad Saw. bersabda: "Barang siapa menikah dengan seorang wanita hanya karena memandang kemuliaan derajatnya, maka Allah Swt. tidak akan menambah baginya, kecuali kehinaan. Barang siapa menikah dengan seorang wanita hanya karena memandang hartanya, maka Allah tidak akan menambah baginya kecuali kefakiran. Barang siapa menikah dengan seorang wanita karena kecantikannya, maka Allah tidak akan menambah baginya kecuali kerendahan. Dan barang siapa menikah dengan sorang wanita tanpa tujuan lain, kecuali agar dia lebih mampu meredam gejolak pandangannya dan lebih dapat memelihara kesucian seksualnya dari perbuatan zina, atau dia hanya ingin menyambung ikatan kekeluargaan, maka Allah Swt. akan selalu memberkahinya bagi istrinya. Sedangkan seorang hamba sahaya yang jelek rupa dan hitam kulitnya, namun kuat imannya, adalah lebih utama.: "Nabi Saw. bersabda: "Barang siapa mempunyai anak dan mampu untuk mengawinkannya, namu dia tidak mau mengawinkannya, kemudian anaknya berbuat zina, maka keduanya berdosa.:"Nabi Saw. bersabda: "Seorang wanita dinikahi karena empat hal, yaitu:
1. Hartanya
2. Keturunannya
3. Kecantikannya
4. Agamanya

Maka hendaklah kamu menikah dengan wanita yang kuat agamanya, agar kamu memperoleh kebahagiaan." Nabi Saw. bersabda: "Barang siapa ingin menghadap ke haribaan Allah dalam keadaan suci dan disucikan, maka kawinlah dengan wanita yang merdeka." Nabi Saw. bersabda: "Ada empat resep kebahagiaan bagi seseorang yaitu:

1. Istrinya adalah wanita shalehah
2. Putra-putrinya baik-baik
3. Pergaulannya bersama orang-orang shaleh
4. Rizkinya diperoleh dari negeri sendiri." Nabi Saw. bersabda: "Sebaik-baik wanita dari umatku ialah yang berwajah ceria dan sedikit maharnya"

Nabi Saw. bersabda: "Kawinlah kalian dengan wanita yang periang dan banyak anaknya, karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan para nabi terdahulu kelak pada hari kiamat." Nabi Saw. bersabda kepada Zaid bin Tsabit: "Hai Zaid, apakah engkau sudah kawin?', Zaid menjawab belum', Nabi bersabda 'Kawinlah, maka engkau akan selalu terjaga, sebagaimana engkau menjaga diri. Dan janganlah sekali-kali kawin dengan lima golongan wanita.' Zaid bertanya ' Siapakah mereka ya Rasulallah?' Rasulullah menjawab 'Mereka adalah:
1. Syahbarah
2. Lahbarah
3. Nahbarah
4. Handarah
5. Lafut'
Zaid berkata 'Ya Rasulallah, saya tidak mengerti apa yang engkau katakan' Maka Nabi Raw. Menjelaskan, 'Syahbarah ialah wanita yang bermata abu-abu dan jelek tutur katanya. Lahbarah adalah wanita yang tinggi dan kurus. Nahbarah ialah wanita tua yang senang membelakangi suaminya (ketika tidur). Handarah ialah wanita yang cebol dan tercela. Sedangkan Lafut ialah wanita yang melahirkan anak dari laki-laki selain kamu." Satu riwayat menceritakan: "Seorang laki-laki datang menghadap kepada Rasulullah dan berkata: 'Ya Rasulallah, aku menemukan seorang wanita yang baik dan cantik, tetapi dia mandul, apakah aku boleh mengawininya?' Nabi Saw. menjawab: 'Jangan' Kemudian dia datang lagi kepada Rasulullah untuk kedua kalinya. Nabi Saw. tetap melarangnya. Dia pun datang lagi untuk ketiga kalinya. Nabi Saw. pun tetap melarangnya menikahi wanita itu, dan beliau bersabda: 'Kawinlah kalian dengan wanita yang selalu menyenangkan hati dan banyak anaknya. Karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah keturunan kalian.''

Qurratul Uyun,
Syarah Nazham Ibnu Yamun.

Karya: Muhammad At-Tihami Ibnul Madani Kanun.

Monday, October 10, 2011

Sugesti positif memberi pengaruh positif

Sugesti adalah proses psikologis dimana seseorang membimbing pikiranperasaan, atau perilaku (http://id.wikipedia.org). Sugesti datang bersama dengan apa yang sedang kita hadapi, pengaruh keadaan juga membawa arah sugesti ini. Jika semua memberi pengaruh terhadap sugesti begitu pula juga dengan sugesti yang akan memberi pengaruh pada apa yang akan kita lalui. Sugesti yang akan memberi dampak pada semangat menjalani perjalanan. Manusia itu terdiri dari sesuatu yang tampak dan yang tidak tampak, sepertinya yang tampak oleh indra adalah yang dominan pada diri manusia. Pendapat seperti ini yang membuat manusia memiliki kecenderungan lebih mengutamakan keelokan raga, menjadi lupa pada diri-Nya dan segala yang menjadi pusar atas ketiadaan yang sekarang ini ada.


Entah sejak kapan kita akan mulai menyadarinya, bahwa segala yang kita jalani ini lebih banyak dilakukan oleh alam bawah sadar. Bayangkan jika anda bersepeda, apakah setiap gerakan pada diri anda, semua anda sadari dengan segala langkah-langkahnya. Dinamisnya kayuhan kanan dan kiri kaki anda, bagaimana tangan anda mengemudikan kendali padahal yang menjadi fokus kita adalah jalan yang ada didepan, belum lagi jika suatu keadaan tak terduga terjadi dan siapa yang dengan segera menggerakan jemari anda untuk menarik rem nya. Semua berjalan karena alam bawah sadar kita memang ada pada diri kita. Dan ternyata dominasi alam tak terlihat itu lebih dominan dari pada apa yang kita dapat indra.


Semua yang tak terlihat memang selalu memberi teka-teki yang menarik untuk tetap dibuka rahasianya, teka-teki yang memberi pesan kebaikan pada pelakunya dan memberi peringatan jika jalan tak lagi terang. Sugesti tak ubahnya dua sisi mata pisau, jika digunakan dengan tepat dia akan menjadi hal yang bermanfaat dan akan membawa kerugian jika kita kurang tepat dalam menggunakannya.


Jika sugesti dapat membimbing langkah perjalanan kita maka kekuatan sugesti harus dapat kita kelola. Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa sugesti lingkungan dan orang-orang sekitar terkadang memberi banyak masukan pada sistem otak. Tetapi perlu kita ulang kembali apa yang sebelumnya kita telah bahas diatas, bahwa sesuatu yang tak terlihat ternyata memiliki dominasi lebih besar pada diri manusia. Karena apa yang ada di lingkungan dan orang - orang sekitar adalah sesuatu yang terindra , maka sebenarnya ini bukanlah hal dominan pada diri. Kekuatan tak terlihat itu jauh lebih mendominasi tuntunannya pada diri manusia.






Kelola sugesti yang ada pada diri anda, bangun sugesti dengan kemampuan yang ada. Pilihan ada pada diri anda sendiri ... ada dua pilihan yang pasti akan anda dapatkan untuk melihat sisi dunia ( positif / negatif ). Bangun kesungguhan memperbaiki keadaan, karena jalannya kehidupan adalah keputusan atas pilihan yang anda buat. Terus bangun sugesti positif pada diri karena alam bawah sadar akan meresponnya untuk menggerakan raga ini melakukan kerjanya sesuai dengan sugesti yang kita telah ciptakan. Semangat positif akan tetap membara jika sugesti optimis tak pernah mati pada jiwa. Silahkan anda membuktikan saat segala pikiran terpenuhi oleh sesaknya kekalutan yang mungkin sedang anda hadapi, apakah anda merasakan semangatnya ...
Bandingkan dengan ketulusan menjalani kehidupan, membuat ini menjadi mudah karena setiap kesulitan adalah petunjuk pada pengetahuan baru. Merasa yakin bahwa setiap hal yang berat akan dapat kita atasi, dan bagaimana menemukan caranya lah yang akan menjadi pembeda kualitas manusia satu dengan yang lainnya. 
Apakah kita hanya ingin mengambil peran sebagai penonton saja atas kehidupan kita sendiri ... saya yakin semua orang punya sikap atas hidupnya.

Wednesday, October 5, 2011

Beragama dengan Empati


Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW berbicara di mimbarnya: “Maukah aku kabarkan kepada kalian orang yang paling jahat di antara kalian?” Tentu ya Rasul Allah.
“Yang paling jahat di antara kalian ialah yang makan sendirian, yang memukul orang (budak) yang berbakti kepadanya, dan yang menolak pemberian.” “Maukah aku beritahukan yang lebih jahat dari itu? (Yaitu) Yang tidak menyelamatkan orang yang tergelincir dan tidak memaafkan orang yang bersalah. Maukah aku beritahukan orang yang paling jahat dari semuanya itu?” Tentu ya Rasul Allah. “Yang membenci orang dan orang pun membencinya.” (Bihar al-Anwar 75:186; Mu’jam al-Kabir, hadis 10775)
Itulah suara Nabi yang diutus Tuhan untuk menyebarkan kasih ke seluruh alam semesta. Itu juga suara para nabi yang datang sebelumnya. Ukuran kesalehan dalam agama ini ialah menyebarkan kasih sayang, menjauhi kezaliman, saling berbagi dengan sesama, memberikan pertolongan dan memaafkan.
Ukuran kejahatan ialah menyebarkan kebencian, berbuat zalim, tidak mau berbagi, tidak menyelamatkan orang yang tergelincir, tidak memaafkan orang yang bersalah.
Esensi ajaran agama ini disebut dalam Islam sebagai “silaturahim”. Para psikolog modern menyebutnya “empati”. Manusia berada dalam spektrum empati nol, zero empathy, sampai ke superempati.
Empati nol adalah manusia paling jahat. Ia membenci dan dibenci orang. Ia punya potensi untuk menyakiti, menyerang, melukai atau menyiksa. Ia sulit menyayangi dan sulit disayangi. Ia tidak peduli kepada orang lain. Dalam bahasa Al Quran, “ia menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan.” (QS 45:23). Ketika beragama, ia tidak menyembah Tuhan. Ia memuja dirinya. Ia mengangap dirinya paling saleh dan paling dekat dengan Tuhan.
Ketika para sahabat memperbincangkan seseorang yg kekhusyukan ibadahnya menakjubkan, tiba-tiba orang itu muncul di majelis Nabi. Nabi yang mulia mendekatinya, “Jika kamu datang dalam satu majelis, apakah kamu merasa bahwa kamulah yang paling saleh, paling benar di majelis itu?”
“Benar!” katanya.
Sang Nabi pun berkomentar, “Orang itu akan menimbulkan perpecahan di kalangan umatku!.” (HR Ahmad)
Orang itu beribadah khusyuk tidak menyembah Tuhan, tetapi menyembah dirinya. Lidahnya mengucapkan Allahu Akbar, tetapi benaknya menganggap dirinya paling besar. Mereka menyembah Tuhan dengan empati nol.
Orang yang berpuasa, shalat, dan bahkan berhaji dengan menyakiti orang adalah orang yang dengan empati nol.
Ramadhan adalah madrasah empati. Lebaran adalah hari silaturrahim. Dengan keduanya, kita menaikkan tahap empati kita dari nol ke tingkat optimal. Semoga!
Jalaluddin Rakhmat, Kompas, 24 agustus 2011



Tuesday, October 4, 2011

10 ALASAN BAIK MENGAPA KITA PERLU BERDOA DENGAN TEKUN



1. Mengurangi daya stress yang ditimbulkan oleh beraneka ragam persoalan hidup yang kita alami mereka yang suka malas berdoa akan lebih mudah untuk mengalami stress
2. Menurunkan tingkat emosi atau kemarahan mereka yang lebih sering berdoa akan lebih mampu mengendalikan diri dalam hal emosi dan kemarahan mereka yang sedang mau marah dan kemudian berdoa niscaya emosinya menjadi stabil
3. Mengurangi bahkan menghilangkan rasa putus asa mereka yang tekun berdoa akan memiliki kemampuan lebih untuk tidak mudah putus asa saat berada dalam kegagalan dibanding mereka yang jarang bahkan sama sekali malas berdoa
4. Meningkatkan ketegaran hati mereka yang lebih tekun berdoa akan lebih tegar menghadapi peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar yang dikehendakinya bahkan peristiwa pahit sekalipun
5. Meningkatkan daya tahan tubuh dari penyakit-penyakit yang disebabkan gangguan psikis dengan ketekunan dalam berdoa, seseorang akan memiliki daya tahan secara fisik karena mampu untuk menghadapi dan menjalani kehidupan dengan segala peristiwanya dalam terang Kehendak Allah, sehingga tubuh tidak menjadi mudah lemah karena beban pikiran dan pekerjaan (bhs Jawa Nrimo)
6. Membuat orang menjadi lebih terbuka terhadap kelemahan dan kekurangan sesama mereka yang tekun berdoa dengan baik memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap sesamanya karena ia akan terbantu dalam doa-doanya untuk menyadari juga kelemahan-kelemahan nya sendiri
7. Meningkatkan daya cinta kasih kepada diri sendiri dan orang lain ketekunan dalam doa membuat seseorang memiliki relasi intim dengan Tuhan Allah. Allah sendiri adalah kasih maka mereka yang tekun berdoa niscaya memiliki daya cinta kasih yang lebih kepada diri sendiri dan sesamanya. Mereka yang terjerumus dalam narkoba pastilah orang yang tidak tekun berdoa karena tidak mampu mencintai dan mengasihi diri sendiri
8. Meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan diri. Seseorang yang dalam hidupnya tekun untuk berdoa akan memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih maksimal, karena ia akan semakin memahami talenta-talenta yang Tuhan berikan dan bagaimana seharusnya dikembangkan
9. Menjadikan yang tidak baik menjadi baik setiap orang yang tekun berdoa akan memiliki kemampuan untuk merubah yang tidak baik menjadi baik, dibandingkan mereka yang malas berdoa justru menjadikan yang baik menjadi buruk
10. Layak menerima keselamatan. Dengan berdoa tekun seseorang mendapatkan kesempatan untuk semakin kuat dan bahkan karena relasinya yang baik dengan Allah selagi di dunia ini ia juga akan mengalami yang sama kelak di keabadian
Amisani K, Pr