...

Thursday, January 27, 2011

Dunia pasti Berputar

Pagi yang kembali pagi lagi
Gelap yang pasti bertemu gelap kembali
cahaya matahari akan bertemu kembali dengan mata esok hari
kicau camar meneriakan kelakar siang
dan semua akan berjalan begitu saja
Berjalan selangkah dengan apa yang telah tergaris
pada rantai hidup ... pada jembatan jiwa akan bertemunya
bertemunya jiwa yang lelah akan penantian
penantian panjang pada sebuah berita
berita dari langit yang membawa canda
berita dari langit yang membawa secercah cinta bahwa hidup tak lagi gundah
hidup ini akan tetap berkah jika kita mampu menjaga amarah
keseimbangan jiwa akan kebutuhan nyata dan fana
Jangan terus terjerembab dalam kalah
sebab keputus asaan tidak akan dapat menjawab tanyamu

Tuesday, January 25, 2011

Satu Rahasia Mujarab Terkabulnya Doa Yang Justru Kita Lewatkan


Doa adalah senjata kaum muslimin, apa jadinya bila senjata itu tumpul dan tidak mempan. Bagaimana senjata itu sekarang begitu tumpul dirasakan bahkan seorang ulama pun yang memegangnya tidak terasa apa apa. Ada apa dibalik tidak terkabulnya doa Manusia sekarang ?. Anda akan heran bagaimana doa seseorang tidak dapat dikabulkan justru karena sesuatu hal yang sebenarnya menurut kita sepele. Apakah Itu?

Tepat, Makanan yang kita makan ternyata sangat mempengaruhi kekuatan sebuah doa.

Doa akan sangat mudah sekali dikabulkan ketika hati kita bersih, Dan hati berhubungan dengan darah, sedangkan darah erat kaitannya dengan sesuatu yang kita makan dan kita pikirkan. Darah juga lah yang akan menjadi saksi syahid tidaknya seseorang. Anda Ingat para syahid yang darahnya terus mengucur segar ketika sudah meninggal lama?. Menurut anda bagaimana keadaan darahnya saat itu.

Perhatikan sabda Rosulullah berikut :
Sa’ad bin Abi Waqash pernah meminta dido’akan Nabi saw agar do’a-do’anya senantiasa dikabul. Maka Nabi bersabda, ”Hai Sa’ad, perbaiki makananmu, tentu do’amu akan dikabulkan. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya seorang hamba yang memasukkan makanan haram di dalam mulutnya tidak akan diterima amalnya selama 40 hari. Dan siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari barang haram, neraka lebih utama baginya!” (HR. Thabrani).

Akan percuma sekali jika kita sudah mengerti dan pandai tata cara, rukun, adab dan syarat serta waktu terkabulnya doa sedangkan kita melupakan hal yang justru sangat penting yang pernah diisyaratkan oleh Nabi Muhammad sekalipun anda seorang ahli ibadah, hal ini hanya akan menjadi senda gurau dan bahan olokan syetan.

”Sesungguhnya jika ada seseorang yang taat beribadah, setan akan berkata kepada kawan-kawannya, ’Lihatlah dari mana makanannya’. Jika makanannya berasal dari yang haram, maka setan berkata, ’Biarkan saaja dia berpayah-payah dan bersungguh-sungguh (beribadah), sungguh telah cukup bagi kalian dirinya itu. Sesungguhnya kesungguhan beribadahnya beserta makan barang haram tidak akan membawa manfaat”. (HR. Muslim)

Perhatikan juga kisah beliau tentang seorang laki-laki yang sedang menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut masai dan kedua kakinya berdebu. Ia menengadahkan kedua tangannya ke arah langit seraya berkata, "Ya Rabbi…!Ya Rabbi…! Namun makanannya haram, minumannya haram, dan ia dibesarkan dari barang yang haram. Lantas bagaimana mungkin doanya akan terkabul?!"

Coba perhatikan lafadzh "dan dia dibesarkan dari makanan yang haram." Beliau seakan mengisyaratkan dengan lafadzh tadi

Walhasil doa kita akan sangat mudah dikabulkan jika suasana darah kita bersih.

SUMBER : MUJAROBAT LENGKAP

Monday, January 24, 2011

Tunduk dalam Sesal


                                                    Picture from : zimboliz.blogspot.com
Tertundukkan tubuhku...teringatkan dosa-dosaku
terlintas masa lalu ... kelabu hilangkan sukaku
hatiku kini terasa pilu ... sesalku butakan akalku
hidupku slalu gegap terpaku ... jika terdengarkan asma-Mu
diri ini menjadi sangat lemah ... jika asa telah terputus
jiwa ini menjadi sangat sepi ... saat pelangi harap tak tampak cerah lagi
semua berubah
semau berontak ......................
seakan telah lelah akan sebuah kebohongan
kebohongan kesemuan dimensi yang menjerat akal
pada kuasa (kekuasaan fana) dalam dunia
yang tak mampu tertanam pada pondasi yang kuat
kuasa akan sebuah amanah yang terbelok pada fatamorgana
kejerumusan dunia kelam ini adalah fatamorganan nyata
Terima kasih .. Engkau telah menjaga ku kembali
Engkau telah mengingatkanku bahwa ini bukanlah segalanya
Tunduk ku kembali pada Kuasa-Mu

Thursday, January 20, 2011

Seorang Penguasa yang Zuhud

Amir Ibnu Sa'ad telah menetap setahun di kota Homs, tetapi ia belum pernah menulis sebuah surat laporanpun kepada Amirul Mu'minin, Umar Ibnul Khattab, dan belum pernah pula mengirim harta rampasan perang sedikitpun, sehingga Umar berpikir curiga kepadanya. Maka ia menulis surat kepadanya,
            "Jika surat ini telah sampai kepadamu, maka datanglah engkau ke mari dan bawalah sejumlah harta rampasan perang yang telah engkau kumpulkan."
            Setelah menerima surat dari Umar, maka ia segera menyiapkan perbekalannya, air minumnya dan kantong air wudlunya. Kemudian ia memegang tombaknya dan melangkahkan kakinya hingga di kota Madinah. Ia tiba dihadapan Umar sedang wajahnya pucat, tubuhnya kurus, rambutnya amburadul, dan badannya letih karena telah menempuh perjalanan jauh.
            Umar terkejut ketika melihat keadaan Amir, maka ia berkata, "mengapa keadaanmu seperti ini?"
            "Bukankah engkau lihat aku dalam keadaan sehat, darahku bersih dan aku membawa harta semampuku?" jawab Amir.
            "Apa yang kau bawa?" tanya Umar. Umar mengira bahwa ia membawa harta yang banyak.
            "Aku membawa sebuah kantong untuk menyimpan perbekalanku, piringku, dan sebuah timba untuk menyiram kapalaku dan mencuci bajuku. Selain itu, aku mempunyai kantong air untuk wudluku dan minumku. Dan tombakku ini untuk tongkatku, untuk membunuh musuhku. Hanya ini harta yang aku miliki," jawab Amir.
            "Apakah engkau datang ke mari dengan berjalan?" tanya Umar.
            "Ya," jawab Amir.
            "Apakah tidak ada orang lain yang memberimu kendaraan?" tanya Umar.
            "Mereka tidak pernah melakukannya dan akupun tidak pernah memintanya," jawab Amir.
            "Kalau begitu mereka adalah seburuk-buruk umat Islam," kata Umar.
            "Takutlah kepada Allah, wahai Umar, sesungguhnya Allah telah melarangmu untuk menyebut kesalahan orang lain," jawab Amir.
            "Mengapa engkau tidak membawa harta dari baitul maal?" tanya Umar.
            "Aku tidak membawa sedikitpun dari harta itu," jawab Amir.
            "Mengapa demikian?" tanya Umar.
            "Jika engkau mengutusku ke kota Homs, maka aku mengumpulkan orang-orang baik di antara mereka, dan mereka aku beri tugas untuk mengumpulkan harta rampasan perang di antara mereka. Setelah mereka mengumpulkannya, maka aku membagikannya kepada mereka dengan baik, dan andai kata masih ada sisanya, pasti aku akan membawanya kepadamu," jawab Amir.
            Umar berkata kepada juru tulisnya, "perbaharuilah perjanjian baru bagi Amir untuk memenuhi tugasnya."
            "Tidak, aku tidak akan menerima tugas itu sedikitpun, aku tidak akan bekerja untukmu maupun untuk orang lain setelah ini, wahai Amirul Mu'minin," kata Amir.
            Kemudian ia minta izin untuk pulang ke rumahnya di ujung kota Madinah.
            Umar menyuruh Al Harits untuk menyelidiki keadaan Amir sesungguhnya. Ia disuruh bertamu ke rumah Amir untuk melihat apakah ia mempunyai kekayaan ataukah ia memang miskin, dan ia dibekali seratus dinar utnuk diberikan kepadanya jika ia termasuk orang miskin.
            Al Harits datang bertamu ke rumah Amir Ibnu Sa'ad selama tiga malam. Setiap malam, ia mengeluarkan sepotong roti untuk si Al Harits, tamunya..
            Pada hari yang ketiga, Amir berkata kepadanya, "sesungguhnya kedatanganmu ke mari membuat kami lapar, jika menurutmu engkau dapat meninggalkan kami, maka kerjakanlah, karena kami tidak mempunyai apapun untuk kami berikan kepadamu."
            Pada saat itulah Al harits mengeluarkan uang seratus dinar dan menyerahkannya kapada Amir.
            "Untuk apa ini?" tanya Amir.
            "Uang ini sengaja dikirim untukmu oleh Amirul Mu'minin," jawab Al Harits.
            "Kembalikanlah uang itu kepadanya, sampaikanlah salamku untuknya dan katakan bahwa aku tidak butuh uang," kata Amir.
            Mendengar ucapan si Amir, maka istrinya menjerit, "wahai Amir, terimalah uang itu, jika engkau membutuhkannya, maka engkau dapat membelanjakannya, kalau tidak, maka simpanlah di sini karena masih banyak yang membutuhkannya."
            Mendengar ucapan istri Amir seperti itu, maka Al Harits meletakkan kantong uang itu di rumah Amir dan ia segera pergi.
            Maka Amir memungut uang itu dan segera membagikannya kapada orang-orang yang membutuhkan, khususnya bagi keluarga para syuhada'.
            Sesampainya harits di Madinah, maka Umar bertanya, "bagaimana engkau lihat keadaan Amir?"
            "Keadaannya amat memprihatinkan, wahai Amirul Mu'minin," jawab Harits.
            "Apakah telah engkau serahkan uang itu kepadanya?" tanya Umar.
            "Uang itu sudah aku serahkan kepadanya, wahai Amirul Mu'minin," jawab Al Harits.
            "Apa yang ia lakukan dengan uang itu?" tanya Umar.
            "Aku tidak tahu, menurutku, ia hanya menyisakan satu dinar saja untuk dirinya," jawab Al Harits.
            Maka Umar menulis surat kepada Amir Ibnu Sa'ad, "jika suratku ini tiba kepadamu, maka datanglah segera ke mari."
            Amir Ibnu Sa'ad segera meghadap kepada Amirul Mu'minin, Umar Ibnul Khattab, dan kedatangannya disambut baik oleh Umar.
            "Apa yang kau lakukan dengan uang sebanyak itu, wahai Amir?" tanya Umar.
            "Aku telah melakukan apa saja yang ingin aku lakukan, dan apa maksud pertanyaanmu tentang uang itu?" jawab Amir.
            "Aku ingin engkau beri tahu untuk apa uang sebanyak itu?" jawab Umar.
            "Aku tabung untuk kepentingan diriku dihari kiamat," jawab Amir.
            Mendengar ucapan Amir seperti itu, maka Umar meneteskan air mata dan berkata, "Semoga Allah merahmati engkau, wahai Amir."
            Kemudian Umar memberikan sejumlah makanan dan dua buah pakaian. Tetapi Amir berkata, "aku tidak dapat menerima makananmu ini, wahai Amirul Mu'minin, sebab aku masih menyimpan sejumlah makanan untuk keluargaku. Aku hanya dapat menerima kedua pakaian ini untuk istriku, karena semua pakaiannya telah usang, sehingga ia hampir tidak mempunyai pakaian."
            Tak lama setelah kejadian itu, Amir wafat dalam keadaan yang sangat miskin dan Umar merasa kecewa, karena kematiannya.
            "Alangkah untungnya jika aku mempunyai beberapa pembantu seperti Umar Ibnul Sa'ad yang akan aku tugasi untuk mengatur keperluan kaum muslimin," kata Uamr.

Mereka juga punya Cita-Cita


masih terasa lega tawa gembira saat kita semua larut dalam sebuah euforia
kebahagiaan dan kepuasan akan kesengan yang kita rasa
dan semua seakan sirna bersama dengan untaian rasa putus asa ketika apa yang kita terima
tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya
dan semua sibuk dengan segala alasan yang menjadi justifikasi atas ketidak mauan untuk memperbaiki keadaan

Di tempat lain...di sudut Kota besar itu
terlihat satu tetes keringat yang begitu berharga atas apa yang menjadi usahanya
dibalik kaca itu tampak senyum dengan segala kesederhanaan
dibalik kaca itu terlihat harapan atas apa yang dijinjing dalam pundaknya
seonggok jagung yang sedari pagi dibawanya menyusuri jalan itu
menjadi teman bisu yang setia menemani langkahnya
dibalik rinjing berisi jagung itu dia menyimpan satu cinta yang tulus
cinta akan masa depan dan asa bahwa buah hati itu tak harus seperti bapaknya

(Gbr : Lelaki Tua, lautsawu.blogspot.com)

" Biar aku saja yang menderita " begitu katanya...
tanpa pamrih dia sampai larut malam tetap menjajakan jagungnya...
di tengah kebisingan dan lalu lalang kota
dia memutuskan pulang dengan hasil seadanya...tampak memang wajah kecewa
karena dia sadar bahwa yang dia bawa bukan sesuatu yang banyak berharga

Tetapi apa yang dia dapati ketika tiba...
melihat anak-anaknya dapat dengan pulas tertidur malam itu...dia bahagia
sambutan senyum istrinya mengusap kekecewaan yang dia rasa
Alhamdulillah .... kata pertama yang dia ucapkan ketika sesampainya pada cinta yang tulus dia berikan kepada keluarganya
Esok masih banyak harapan yang harus aku taklukan...dengan tegap dia ucapkan dalam batinnya
Tuhan mendekatkan aku pada arti sebuah kehidupan yang tidak hanya berisi dengan isi semu




Monday, January 17, 2011

Eksistensi

Manusia adalah makhluk yang diciptakan sempurna
begitulah Allah menyampaikan kepada kita
Berbeda dengan makhluk Tuhan yang Lainnya
meskipun dia diciptakan sempurna tetapi dia bukanlah yang maha sempurna
dia diciptakan dengan kelengkapan akalnya
meskipun dia pandai tetapi dia bukan maha pandai
manusia memang memiliki kualitas lebih dari makhluk lainnya
malaikat yang kita percaya sebagai makhluk paling taat
pun sujud pada manusia
meskipun dia disembah tetapi dia bukan yang maha disembah
manusia punya kemampuan besar
tetapi dia bukanlah yang maha besar

se Eksist apapun manusia ... manusia tetaplah manusia
dia terbatas dengan segala kesempurnaan
berTuhan berati memasrahkan sesuatu pada yang kita Tuhankan
masih  pantaskah kita Bertuhan pada yang serba terbatas
lebur Ego manusia pada ego Tuhan
lebur Kuasa manusia pada kuasa Tuhan
pasrah pada sang Khaliq akan apa yang telah menyelimuti kita
Dunia ini indah tetapi dia tidak maha indah
manusia yang sempurna dengan segala keterbatasannya

Wednesday, January 12, 2011

Tabir Kehidupan

satu demi satu semua tabir kehidupan ini semakin terungkap
tabir yang tidak semua orang dapat menyibaknya
sebuah selimut kehidupan
dari waktu ke waktu bisa berubah tergantung tubuhnya
tabir ini akan semakin tipis jika kita semakin mengerti makna kehidupan
dan ini semakin tebal jika kita semakin jauh dari-Nya
bermacam dusta bisa mengancam seketika
sebuah nila kebaikan yang akan tergerus oleh badai kedzaliman
atau pun juga sebaliknya
sebuah oase di tengah padang kemunafikan
memberi mata air kehidupan akan tuntunan jalan ilahi
membawa keyakinan akan amal keniscayaan
membaur dalam implementasi kearifan sosial
kita akan jauh semakin mengenal siapa diri kita
jika kita dapat peduli terhadap sesama
kita akan semakin mengerti apa tujuan hidup kita
jika kita semakin dapat lebih sederhana membaca dunia
semua ini sempit..semua ini hanya sebuah fatamorgana
dari apa yang terlihat dari mata kita

Sunday, January 2, 2011

Waktu & Perbaikan


masih hangat euforia gemerlap pergantian tahun
begitu banyak orang tumpah ruah dalam momen ini
semua seakan larut dalam kegembiraan
semua hanyut dalam suka cita meriahnya malam
akan begitu indahnya malam yang berganti ini
seakan sangat berharga malam ini
detik itu pun benar - benar ditunggu
waktu yang berganti ini sebenarnya adalah hal yang sama
sama dengan hari kemarin
sama seperti 00:00 kemarin
tidak ada yang terlalu spesial jika kita mengerti
bahwa setiap saat kita diberi kesempatan
tak perlu menuggu waktu ini
tak perlu menunggu sampai satu tahun sekali
waktu itu hakikatnya telah berkurang
bukan menjadi waktu yang semakin panjang
setiap detik ini lah yang harus kita renungkan